Baca Juga: Tiga Sayap PPP di Kulonprogo Deklarasi Gabung Prabowo Gibran
Hal ini terpaksa ia lakoni karena keinginannya mendapatkan sepeda motor bahkan mobil Panther impiannya yang dijanjikan ayahnya ketika itu, jika dirinya bersedia mesantren.
Niat di pesantren tidak untuk mencari ilmu tapi untuk mendapatkan hadiah menggiurkan dari sang ayah. Namun ketika gurunya, KH Munif Djazuli (Mbah Yai Munif) meninggal dunia, ia mulai merasakan datangnya hidayah yang menyadarkan hatinya.
Sepeninggal gurunya, hari-harinya dipenuhi rasa bersalah dan menyesal. Salah satunya, karena selama mesantren, ia sama sekali belum pernah sowan kepada Mbah Yai Munif ini. Ia pun merasa khawatir kalau-kalau dirinya tidak mendapatkan keberkahan di pesantren.
Meskipun belum sempat sowan ke Mbah Yai Munif, namun silaturahmi ini bisa disambungkan lewat putra-putrinya. Dan dengan cara ini, menurut Gus Dalhar, Gus Iqdam tetap mendapatkan keberkahan.
Inilah puncak perubahan hidupnya. Keinginan menebus kesalahannya, selain mengaji ia pun rajin melakukan tirakat puasa hingga memasak sendiri.
Dia jauh sekali dari hidup manja. Bahkan keinginan awal hadiah motor dan mobil ayahnya seketika itu juga sirna. Keinginannya hanya satu, di pesantren ia ingin menjadi orang yang berguna dan mendapatkan hidup yang berkah dari Allah SWT. (*)
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: krjogja.com
Artikel Terkait
Ulat di Menu MBG SMAN 1 Kamal Diklaim Tinggi Protein, Ini Faktanya
Kronologi Lengkap Pembunuhan Sadis di Siak: Motif Gara-Gara Hotspot Dimatikan Mengejutkan
Siswi SMA Pesisir Selatan Melahirkan di Kelas, Terungkap Dihamili Paman Sendiri
Wakil Bupati Pidie Jaya Minta Maaf, Pukul Kepala Dapur SPPG hingga Dilaporkan BGN