Indonesia memiliki alasan kuat untuk optimis dalam menghadapi persaingan industri halal global. Menag menyebutkan kombinasi stabilitas politik, ekonomi, dan kemajemukan masyarakat yang moderat sebagai keunggulan Indonesia.
"Ada negara yang gagal, tak sanggup membayar pegawainya dan mengalami krisis berat. Namun Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya," tegasnya, sambil menyoroti keberhasilan program pemerintah seperti makan bergizi gratis bagi siswa dan pemberdayaan nelayan.
Ekonomi Syariah dan Potensi Dana Umat
Penguatan ekonomi syariah, menurut Menag, bukan dimaksudkan untuk melakukan syariahtisasi terhadap regulasi negara. "Kita tetap negara Pancasila. Namun ada prospek besar yang harus kita garap bersama," jelasnya.
Menag juga mengungkap potensi besar dana umat yang meliputi zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf, hingga fidyah yang selama ini belum dikelola secara optimal. "Kami menyebutnya raksasa besar yang sedang tidur. Potensi dana umat kita sangat besar, dan bila dikelola secara profesional akan menjadi kekuatan ekonomi baru."
Sebagai langkah konkret, NTB akan menjadi pilot project untuk mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi syariah ini, mengikuti jejak masjid di masa Rasulullah SAW yang tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat ekonomi dan pemberdayaan umat.
Artikel Terkait
Prabowo Restui Ditjen Pesantren Baru, Ini Strategi Besar untuk Pendidikan Agama
KA Purwojaya Anjlok di Bekasi, Kronologi Lengkap & Nasib 232 Penumpang
KEK MNC Lido City Pamerkan Trump International Golf Club di Indonesia Golf Festival 2025
Rocky Gerung Bongkar Fakta Survei Gibran 71,4%: Terlalu Indah untuk Dipercaya