Indonesia memiliki alasan kuat untuk optimis dalam menghadapi persaingan industri halal global. Menag menyebutkan kombinasi stabilitas politik, ekonomi, dan kemajemukan masyarakat yang moderat sebagai keunggulan Indonesia.
"Ada negara yang gagal, tak sanggup membayar pegawainya dan mengalami krisis berat. Namun Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya," tegasnya, sambil menyoroti keberhasilan program pemerintah seperti makan bergizi gratis bagi siswa dan pemberdayaan nelayan.
Ekonomi Syariah dan Potensi Dana Umat
Penguatan ekonomi syariah, menurut Menag, bukan dimaksudkan untuk melakukan syariahtisasi terhadap regulasi negara. "Kita tetap negara Pancasila. Namun ada prospek besar yang harus kita garap bersama," jelasnya.
Menag juga mengungkap potensi besar dana umat yang meliputi zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf, hingga fidyah yang selama ini belum dikelola secara optimal. "Kami menyebutnya raksasa besar yang sedang tidur. Potensi dana umat kita sangat besar, dan bila dikelola secara profesional akan menjadi kekuatan ekonomi baru."
Sebagai langkah konkret, NTB akan menjadi pilot project untuk mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi syariah ini, mengikuti jejak masjid di masa Rasulullah SAW yang tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga pusat ekonomi dan pemberdayaan umat.
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Purbaya Terancam Reshuffle, Ini 3 Tahap Tekanan Politik yang Dihadapinya
Honda Brio Tertimpa Pohon Tumbang di Jakut, Kerugian Capai Rp 75 Juta!
Perpres Ojol Segera Terbit: Aturan Tarif Baru & Kesejahteraan Driver Diperjuangkan
Roy Suryo Klaim Ijazah Jokowi 99,9% Palsu, Beberkan Bukti Tanda Tangan Ditutup KPU