Indonesia memiliki posisi strategis dalam pengembangan SAF karena didukung oleh potensi bahan baku yang melimpah, terutama minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO). Pertamina telah membangun ekosistem SAF yang terintegrasi, mulai dari pengumpulan UCO, pengolahan, distribusi, hingga penggunaan.
Subholding seperti PT Kilang Pertamina International (KPI) menyediakan fasilitas co-processing, PT Pertamina Patra Niaga menangani distribusi, dan PT Pelita Air Service bertindak sebagai pengguna. Rantai pasok yang lengkap ini memastikan kelancaran produksi dan pemanfaatan SAF.
Kapasitas Produksi SAF di Kilang Pertamina
Pertamina terus memperluas kapasitas produksi SAF melalui kilang-kilang utamanya. Saat ini, Kilang Cilacap telah mampu memproduksi sekitar 238 ribu kiloliter SAF per tahun dengan teknologi co-processing. Kapasitas ini direncanakan akan terus ditingkatkan seiring dengan penambahan fasilitas baru, termasuk di Kilang Plaju.
Dampak Positif SAF bagi Lingkungan
Keberhasilan pengembangan SAF membuktikan bahwa ekonomi sirkular dapat diimplementasikan di Indonesia dan Asia Tenggara. Yang lebih penting, penggunaan SAF terbukti dapat mengurangi emisi karbon hingga 84% pada penerbangan internasional, memberikan dampak signifikan bagi upaya mencapai Net Zero Emission (NZE).
Sebagai perusahaan pemimpin transisi energi, Pertamina berkomitmen penuh untuk mendukung target Net Zero Emission Indonesia 2060. Seluruh inisiatif dan program yang dijalankan, termasuk pengembangan SAF, sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan.
Artikel Terkait
Shella Saukia Bantu Perempuan Aceh Diceraikan Suami Usai Lulus PPPK, Beri Modal Usaha!
BNI Agen46 Cetak 79,81 Juta Transaksi, Tumbuh 37,2% Berkat Strategi Ini
Trump Tantang Putin: Kita Lihat 6 Bulan Lagi Soal Dampak Sanksi AS
Adam Alis Cetak Gol, Kunci Kemenangan Persib Bandung 2-0 atas Selangor FC di AFC Champions League