Perbedaan mendasar terletak pada sistem pengelolaan proyek. Di Arab Saudi, proyek Jeddah-Riyadh dikelola oleh Saudi Railway Company (SAR) dengan reputasi efisiensi dan pengawasan internal ketat. Sebaliknya, KCJB dibangun di atas fondasi keputusan politik dengan berbagai masalah seperti keterlambatan, pembebasan lahan, dan kesalahan teknis.
Perbedaan Tujuan dan Kebutuhan
Arab Saudi membangun kereta cepat untuk memperkuat konektivitas ekonomi dan mobilitas jemaah umrah-haji antara dua kota penting. Sementara Indonesia membangun kereta cepat untuk menghubungkan dua kota yang sudah memiliki alternatif transportasi memadai seperti tol dan kereta eksisting dengan jarak tempuh hanya 2,5 jam.
Pelajaran Penting untuk Indonesia
Perbandingan ini menunjukkan bahwa kemajuan tidak hanya diukur dari kecepatan kereta, tetapi dari kemampuan negara mengelola uang publik secara efisien. Indonesia perlu belajar dari Arab Saudi dalam hal perencanaan matang, integritas tinggi, dan fokus pada hasil nyata.
Infrastruktur sejati bukan sekadar beton dan rel baja, tetapi sistem yang jujur, efisien, dan berpihak pada kepentingan rakyat. Jika Arab Saudi bisa membangun 1.500 kilometer kereta cepat dengan 112 triliun, maka seharusnya Indonesia mampu mengelola proyek infrastruktur dengan lebih efisien dan transparan.
Artikel Terkait
Kebakaran Terra Drone: Misteri Pemetaan Sawit Ilegal & Bencana Sumatera Terungkap?
Visa Kartu Emas AS: $1 Juta untuk Izin Tinggal, Benarkah Adil? Analisis Kontroversi
BGN Tanggung Biaya Perawatan 21 Korban Kecelakaan Mobil MBG di SDN Kalibaru
Kecelakaan SDN 1 Kalibaru: 20 Siswa dan Guru Terluka Ditabrak Mobil Pengangkut MBG