Profil Gus Abbas: Keturunan Sunan Gunung Jati, Otak di Balik PWI-LS Yang Berani Lawan FPI

- Kamis, 24 Juli 2025 | 16:30 WIB
Profil Gus Abbas: Keturunan Sunan Gunung Jati, Otak di Balik PWI-LS Yang Berani Lawan FPI




GELORA.ME - Insiden bentrokan antara Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dan Front Persaudaraan Islam (FPI) di Pemalang tak hanya menjadi berita nasional, tetapi juga menyorot tajam sosok sentral di baliknya: KH Abbas Billy Yachsy.


Dikenal luas sebagai Gus Abbas, ia adalah pendiri sekaligus Ketua Umum PWI-LS, organisasi yang tegas menolak nasab Ba'alawi di Indonesia.


Bagi banyak kalangan, terutama Banser, Gus Abbas bukanlah nama baru. 


Pengasuh Pesantren An Nadwah, Buntet Cirebon ini dikenal sebagai figur kiai yang tegas dan berani, menjadikannya inspirasi.


Lahir pada 30 Desember 1969, pria yang akrab disapa Kang Babas di lingkungan Buntet Pesantren ini adalah putra dari ulama karismatik berjuluk "macan podium", almarhum KH. M.A. Fuad Hasyim.


Namun, yang membuat posisi Gus Abbas begitu unik dan otoritatif dalam perdebatannya adalah garis keturunannya sendiri.


"Nasab beliau menyambung sampai ke Sunan Gunung Jati Cirebon, jadi beliau Dzurriyah Nabi SAW jalur Walisongo."


Klaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Walisongo inilah yang menjadi fondasi kuat saat ia melontarkan kritik dan penolakan terhadap klan lain yang juga mengklaim hal serupa.


Sejak muda, Gus Abbas dibesarkan dalam tradisi pesantren yang kental. 


Ia dikenal sebagai putra yang kerap beradu argumen dengan ayahnya, sebuah metode unik yang justru membuatnya mampu menyerap ilmu secara mendalam dari sang "macan podium".


Puncak dari pemikiran dan ideologinya adalah sikapnya yang tanpa kompromi terhadap klan Ba 'Alawi. 


Gus Abbas adalah salah satu kiai terdepan yang secara terbuka dan vokal menolak klaim nasab mereka. 


Baginya, tidak ada hubungan darah yang sah antara klan Ba 'Alawi dengan Nabi Muhammad SAW.


Sikap ini bukanlah respons sesaat terhadap tren yang sedang viral. 


Gus Abbas menegaskan bahwa pengetahuan ini sudah ia miliki sejak lama, diwariskan langsung oleh ayahnya.


“Saya juga waktu kecil sudah tahu, sudah dikasih tahu sama abah saya. Baalawi itu terputusnya di Amtolut bin Ubaidillah. saya dari muda sudah tahu. Sebelum viral masalah ini, itu sudah ada masalah,” ungkap Gus Abbas.


Keyakinan yang telah lama terpendam ini tidak ia simpan untuk dirinya sendiri. 


Untuk mengaktualisasikan gagasan dan perjuangannya secara terorganisir, Gus Abbas bersama KH Imaduddin Utsman Al Bantani dan Kyai Syarifudin Tegal mendirikan PWI-LS.


Organisasi ini menjadi kendaraan resminya untuk melawan apa yang ia sebut sebagai "doktrin yang tidak benar".


Misi PWI-LS pun dirumuskan dengan sangat jelas dan tajam, sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Gus Abbas:


“Kami PWI menegaskan perjuangan Walisongo, masalah yang berkaitan dengan Klan Ba ‘Alwi (mengaku bernasab ke Rasulullah SAW) kita tegas menolak, nasabnya terputus dan secara scientific itu tidak tersambung dengan Rasulullah.”


Dengan demikian, bentrokan di Pemalang bukanlah sekadar gesekan antarormas biasa. 


Peristiwa itu adalah manifestasi dari sebuah perjuangan ideologis yang dipimpin oleh seorang kiai keturunan Walisongo, yang menggunakan organisasi bentukannya sebagai alat untuk secara frontal menantang narasi dan eksistensi kelompok yang ia yakini mengancam keutuhan ajaran leluhur dan bangsa.


Sumber: Suara

Komentar