Triliunan Rupiah Lari ke Luar Negeri, Tantowi Yahya Bongkar Borok Pelayanan Kesehatan di Indonesia!

- Selasa, 01 Juli 2025 | 13:55 WIB
Triliunan Rupiah Lari ke Luar Negeri, Tantowi Yahya Bongkar Borok Pelayanan Kesehatan di Indonesia!




GELORA.ME - Indonesia menghadapi krisis tersembunyi yang menggerus devisa negara hingga ratusan triliun rupiah setiap tahun, yaitu eksodus pasien ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan.


Fenomena ini, bersama dengan tantangan di sektor pariwisata, menjadi sorotan utama dalam sebuah podcast YouTubr Helmy Yahya Bicara yang menghadirkan Tantowi Yahya, membongkar akar masalah dan menawarkan solusi.


Kekhawatiran utama yang diungkapkan dalam podcast ini adalah hilangnya devisa negara akibat warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. 


Helmy Yahya mengungkapkan keprihatinan mendalam bahwa angka ini mencapai Rp172 triliun per tahun, bahkan disebut mendekati Rp200 triliun.


"Jika dana sebesar ini bisa digunakan di dalam negeri, bayangkan berapa banyak subsidi yang bisa diberikan untuk rumah sakit dan peningkatan fasilitas kesehatan bagi rakyat," ujarnya Tantowi dikutip pada Selasa (1/7/2025).


Pengalaman Pribadi yang Membuktikan


Tantowi Yahya, dalam podcast tersebut, membagikan pengalaman pribadinya berobat di Penang, Malaysia, yang menjadi bukti nyata mengapa banyak orang memilih jalur ini.


Ia menceritakan bagaimana medical check-up di Penang sangat cepat, dengan hasil keluar hanya dalam tiga jam. 


Biayanya pun jauh lebih murah, sekitar 30% dari biaya di Indonesia.


"Pelayanan dokter di sana sangat baik, informatif, rileks, dan mereka bahkan berbahasa Indonesia," kenang Tantowi.


Ia juga terkesan karena dokter di Penang tidak menganjurkan rawat inap jika tidak perlu dan menyarankan membeli obat di luar rumah sakit karena lebih murah.


Pelayanan yang teliti, seperti pemeriksaan internis yang meminta pasien minum air beberapa kali hingga pemeriksaan komprehensif, semakin menguatkan kesan positifnya.


Akar Masalah: Pajak Tinggi dan Birokrasi Berbelit


Lalu, apa yang menyebabkan biaya kesehatan di Indonesia begitu mahal dan pelayanannya kalah bersaing?


Helmy dan Tantowi pada podcast ini mengidentifikasi beberapa faktor utama:


  • Pajak yang tinggi untuk impor peralatan medis.
  • Proses perizinan pendirian rumah sakit yang lama (bisa dua tahun) dan berbelit-belit, seringkali membutuhkan biaya tambahan untuk percepatan (high cost economy).
  • Rumah sakit yang dianggap sebagai "profit center" atau bisnis semata, kurang unsur pelayanan masyarakat.
  • Kritik terhadap subsidi yang lebih diarahkan ke mobil listrik daripada peralatan kesehatan


Solusi dan Harapan Perbaikan


Untuk mengatasi masalah ini, podcast ini menawarkan beberapa solusi dan harapan. 


Pemerintah perlu hadir dan membuat kebijakan yang mendukung, seperti insentif dan kemudahan perizinan.


Konsep "Indonesia Incorporated", di mana berbagai kementerian dan stakeholder bekerja sama untuk kepentingan nasional, bukan sektoral, dianggap krusial.


Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Bali (Sanur) oleh Presiden Jokowi adalah langkah konkret yang diapresiasi.


Selain itu, janji Prabowo untuk membangun 300 rumah sakit dan mempercepat pencetakan tenaga ahli/spesialis juga menjadi harapan.


Pentingnya menambah jumlah dokter spesialis dan mengatasi kesulitan dokter lulusan luar negeri untuk berpraktik di Indonesia juga ditekankan.


Bali, dengan fasilitas dan keindahan alamnya, berpotensi menjadi destinasi health tourism yang bersaing.


Tantangan dan Potensi Pariwisata Indonesia


Selain kesehatan, podcast ini juga menyoroti sektor pariwisata. Indonesia memiliki pasar domestik yang besar (284 juta orang) dan pasar ASEAN.


Bali, khususnya, memiliki infrastruktur pariwisata yang paling siap dengan SDM yang banyak bisa berbahasa Inggris.


Kunci sukses pariwisata suatu negara adalah memiliki sejarah/budaya yang kuat dan teknologi untuk mengemasnya secara menarik, seperti Cina, Jepang, Mesir, dan Thailand


Namun, pariwisata Indonesia masih memiliki kelemahan, yaitu kurangnya narasi dan storytelling yang kuat untuk menjual potensi wisata.


Tagline "Wonderful Indonesia" dianggap terlalu umum dan tidak spesifik. 


Minimnya informasi mengenai atraksi dan event di destinasi wisata, bahkan di bandara, juga menjadi masalah.


Kurangnya rasa bangga dari masyarakat lokal untuk menceritakan daerahnya dan terlalu banyak destinasi yang dijual sehingga membingungkan turis juga menjadi tantangan.


Saran untuk pengembangan pariwisata Indonesia mencakup menjual pariwisata berdasarkan zona waktu (Barat: Melayu-Arab, Tengah: Hindu, Timur: Pasifik-Melanesia-Polinesia) untuk mempermudah turis memilih pengalaman, membangun SDM storyteller, dan meningkatkan papan petunjuk serta informasi di tempat wisata.


Secara keseluruhan, podcast ini menyoroti urgensi bagi pemerintah dan seluruh stakeholder untuk bersinergi mengatasi tantangan di sektor kesehatan dan pariwisata, demi menghentikan aliran devisa keluar dan memaksimalkan potensi besar Indonesia.


[VIDEO]



Sumber: Suara

Komentar