Terungkap! Anies Baswedan Dipecat Karena Ingin Membongkar Ijazah Palsu

- Kamis, 26 Juni 2025 | 14:40 WIB
Terungkap! Anies Baswedan Dipecat Karena Ingin Membongkar Ijazah Palsu




GELORA.ME - Di republik ini, yang kadang lebih gaduh daripada jernih, kita belajar bahwa keputusan bukan selalu cermin dari kebijaksanaan. 


Ada yang disebut prerogatif. Ia tidak harus dijelaskan. Ia hanya perlu dijalankan. 


Maka ketika Anies Rasyid Baswedan diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang muncul bukan tanya, melainkan tepuk tangan dari mereka yang sudah lama menunggu tumbangnya seorang “intelektual sok tahu.”


Anies dicopot. Dihapus. Dianggap gagal. Dan publik, dengan memori yang pendek dan semangat mencela yang panjang, segera menepuk bahu Presiden Jokowi: “Tegas sekali,” kata mereka.


Tapi hari ini, ingatan itu berbalik menatap kita.


👉 Video di Akhir Artikel


ARB, dalam masa baktinya sebagai menteri, sempat menjalankan kebijakan yang tak populer tapi penting: membersihkan sistem pendidikan dari ijazah palsu. Sebuah tindakan administratif, tapi mengandung daya ledak moral. 


Tak ada yang tahu, atau pura-pura tak tahu, bahwa tindakan itu mungkin sedang menggali kuburan yang lebih dalam dari sekadar kasus mahasiswa nakal atau dosen culas.


Sebab ketika seseorang berurusan dengan ijazah palsu, tak ada yang benar-benar aman. Termasuk—dan inilah ironi besarnya—Presiden sendiri.


ARB, kala itu, tidak tahu bahwa yang sedang ia dekati dengan pelan adalah satu nama besar yang selama ini dilingkupi kabut: Joko Widodo. 


Ijazahnya, sebagaimana kita tahu belakangan, mulai dipertanyakan. Tapi kala ARB menjalankan tugasnya, ia hanya tahu satu hal: bahwa sistem harus dibersihkan.


Dan mungkin di situlah awal masalahnya.


Sebab kekuasaan, sering kali, tidak takut pada kecurangan. Ia justru takut pada kejujuran yang terlalu teliti. 


Sebab kejujuran tak mengenal posisi. Ia bisa menampar siapa saja. Bahkan presiden.


Maka hak prerogatif itu turun. Dengan sunyi, tapi pasti. Anies dicopot. Tanpa penjelasan. Tanpa perlawanan. Tanpa publikasi panjang.


Kini kita bertanya dengan cara yang lebih tenang: apakah pencopotan itu sungguh karena “kinerja”? 


Ataukah karena ia sedang mendekati garis api, tempat ijazah palsu bukan sekadar dokumen, tapi rahasia besar negara?


Presiden—yang selalu terlihat santai—barangkali satu-satunya orang yang gelisah dalam diam. 


Sebab ia tahu, jika garis itu diterobos, bukan hanya jabatan yang akan terancam. Tapi seluruh narasi.


ARB, setelah dicopot, tidak meledak. Ia tidak membuat panggung perlawanan. 


Ia justru berjalan keluar dengan tenang—dan sejarah, seperti biasa, mencatat yang tenang lebih dalam daripada yang gaduh.


Kini kita tahu: prerogatif bisa dipakai untuk melindungi kekuasaan. Tapi ia juga meninggalkan jejak. 


Dan jejak itu, seperti bara yang tertanam dalam abu, akan menyala lagi ketika angin datang dari arah yang tak diduga.


Anies disingkirkan karena ia mungkin terlalu dekat dengan kebenaran yang tidak boleh dibuka. 


Sebuah kebenaran yang tidak ada di dalam ruang rapat, tapi terkunci di balik satu lembar kertas: ijazah yang hingga hari ini belum bisa dibuktikan asal-usulnya secara tuntas.


Dan hari ini, yang dulu disingkirkan, justru menjadi simbol harapan. 


Sementara mereka yang dulu tertawa atas pencopotannya, mulai menggigit kuku sendiri.


Ironi, seperti biasa, tidak datang dengan sirine. Ia datang sebagai bisik.


Dan sejarah tahu bagaimana mengubah bisik menjadi gema.


👇👇



Sumber: FusilatNews

Komentar