ADA Nilai C dan D di Transkip Nilai, Terkuak Jumlah IPK Jokowi di UGM, Benarkah Kurang dari 2?

- Selasa, 27 Mei 2025 | 15:10 WIB
ADA Nilai C dan D di Transkip Nilai, Terkuak Jumlah IPK Jokowi di UGM, Benarkah Kurang dari 2?


Setelah muncul transkip nilai Jokowi lengkap dengan daftar nilai, banyak yang penasaran dengan jumlah IP Jokowi di UGM. 

Roy Suryo Cs sempat menyebut bahwa IPK Jokowi di bawah 2.00, benarkah? 

Bareskrim Polri telah menunjukkan transkip nilai Jokowi. 

Dalam transkip terdapat nilai Jokowi mulai A hingga D. Sejumlah mata kuliah Jokowi mendapatkan nilai C dan D. 

Alasan Roy Suryo menyebut IPK Jokowi di bawah 2.00 setelah pengakuannya di acara seminar dengan Profesor Mahfud MD.

Hingga akhirnya Roy Suryo Cs menduga bahwa ijazah dan skripsi Jokowi adalah palsu.

"Yang memicu (isu ijazah palsu) sebenarnya Pak Jokowi sendiri. Tahun 2013 dia bercanda dengan Prof Mahfud MD di bulan Juni 2013 tentang IPK. Singkat kata, waktu itu Pak Mahfud cerita IP-nya 3,8, Pak Jokowi cerita di bawah 2," kata Roy Suryo dalam tayangan Youtube cumi cumi indigo, dilansir TribunnewsBogor.com pada Minggu (25/5/2025).

"Nah publik kemudian bertanya 'kok IP di bawah 2 kok bisa lulus dari UGM padahal katanya lulusnya 5 tahun?'. Setelah itu muncullah banyak analisis," sambungnya.

Tak hanya sekali, Roy Suryo bahkan juga membahas soal IP Jokowi di bawah 2 itu dalam wawancara lain.

Sambil tertawa, Roy menyinggung isu soal presiden ke-7 itu IP-nya kurang dari 2.

"KHS, kalau kartu hasil studi kan kita malu. Apalagi katanya kalau KHS-nya IP-nya kurang dari 2," kata Roy Suryo dalam wawancara di Kompas TV.

"Emang udah lihat? Saya sih belum lihat," tanya jurnalis Kompas TV Adisty.

"Sama, tapi kan udah ngaku waktu itu," ujar Roy Suryo sambil tertawa lebar.

Lalu benarkah IP Jokowi saat kuliah di UGM di bawah 2?

Cerita yang disampaikan Roy Suryo soal pengakuan Jokowi yang menyebut IP-nya di bawah 2 itu benar adanya.

Sebab di tahun 2013 lalu dalam seminar kepemimpinan di Universitas Islam Indonesia, Jokowi diundang bersama Mahfud MD dan membincangkan soal IP.

Awalnya dalam forum itu, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii bertanya ke Mahfud MD soal IPK dulu saat kuliah.

Mahfud pun menjawab IPK-nya 3,8.

Ikut menjawab pertanyaan Buya Syafii, Jokowi pun blak-blakan depan forum.

"(IPK saya) dua saja tidak ada," ujar Jokowi.

Pertanyaan itu dijawab Jokowi dan Mahfud kala membincangkan terkait rencana maju jadi calon Presiden.

Faktanya di daftar nilai UGM

Pengakuan Jokowi soal IPK-nya di bawah 2 nyatanya terbantahkan dengan bukti terbaru yang diungkap kepolisian.

Bareskrim Polri dalam konferensi pers pada 22 Mei 2025 lalu menampilkan daftar nilai dari dokumen kelulusan Jokowi termasuk ijazah dan skripsi.

Terlihat IP Jokowi untuk kredit wajib di Fakultas Kehutanan UGM adalah 3,25

Lalu IP untuk kredit pilihan, Jokowi mendapatkan IP 2,61.

Sehingga total IP untuk kredit wajib pilihan adalah 3,05.

Dari penayangan daftar nilai Jokowi semasa kuliah di UGM, terkuak bahwa IP Jokowi adalah 3,05, artinya bukan di bawah 2.

Fakta dari Kasmudjo

Tak cuma bukti dari daftar nilai Jokowi sendiri, IP sang presiden ke-7 juga pernah diungkap oleh dosen pembimbingnya sendiri yakni Kasmudjo.

Di tahun 2019 lalu, Kasmudjo sempat menceritakan sosok Jokowi semasa kuliah di UGM seperti apa.

Kasmudjo menyebut Jokowi memiliki prestasi gemilang yakni IPK mencapai 3,2.

"Prestasinya (Jokowi) di atas rata-rata, sangat bagus tidak, jelek atau kurang juga tidak," ungkap Kasmudjo, dalam artikel Tribun Jogja tayang pada 20 Oktober 2019.

Lebih lanjut diungkap Kasmudjo, ia dulunya tidak banyak membimbing Jokowi saat skripsi.

Karena yang paling banyak berkontribusi untuk kelulusan Jokowi adalah dosen pembimbing skripsinya yakni Achmad Sumitro.

"Waktu Pak Jokowi ambil skripsi itu saya termasuk masih menjadi dosen muda. Hubungannya dengan skripsi, saya hanya membantu saja, pembimbing utama Prof Ahmad Sumitro," kenang Kasmudjo.

"Jokowi termasuk salah satu yang kita pilih untuk berpartisipasi, sehingga boleh mengajukan judul yang berkaitan dengan pengerjaan penelitian itu. Skripsinya tentang situasi kondisi mebel di Surakarta. Kadang-kadang (Jokowi) memerlukan saya untuk membantu (skripsi), tapi resminya dengan Prof Ahmad Sumitro," sambungnya.

Sumber: tribunnews
Foto: Kolase Ijazah dan Transkip Nilai/Net

Komentar