Letjen Kunto batal dicopot. Dia dikembalikan ke posisi semula, Pangkogabwilhan I. Tapi bukan itu intinya. Yang bikin geger: Prabowo disebut murka. Marah besar.
Wajar. Jokowi dianggap masih ikut main di belakang layar. Masih mengatur-ngatur militer. Padahal sudah bukan presiden. Lebih parah lagi, Panglima TNI Agus Subiyanto terlihat lebih patuh ke Jokowi ketimbang ke Presiden yang sah. Ini penghinaan.
Publik membaca Kunto jadi korban kemarahan Jokowi. Pasalnya, mantan Menhankam/Panglima ABRI Try Sutrisno dianggap di belakang pernyataan sikap 300an jenderal, marsekal, laksamana dan 90an kolonel. Poin terakhir dari delapan pernyataan itu adalah pemakzulan Wapres Gibran. Dan, Kunto adalah anak kandung Try.
Dengan peta seperti itu, sulit ditepis bahwa pencopotan Kunto adalah balas dendam Jokowi. Apalagi, sosok pengganti Kunto adalah loyalis Jokowi, Laksda Hersan.
Tapi balas gagal dendam tadi total. Pencopotan Kunto malah dibatalkan. Tapi luka sudah telanjur terbuka. Prabowo marah besar!
Kini bola di tangan Prabowo. Jika benar marah, maka langkah tegas sangat mungkin diambil. Pertama, pencopotan Panglima TNI. Ini bisa jadi jalan masuk bersih-bersih loyalis Jokowi dari tubuh militer. Kuncinya: hanya satu komando. Bukan dua matahari.
Kedua, reshuffle kabinet. Kemungkinannya bisa kecil, bisa juga besar. Tapi sinyalnya jelas: siapa yang tetap loyal ke Jokowi, siap-siap tersingkir. Prabowo butuh kabinet yang solid. Bukan menteri yang main dua kaki.
Ketiga, proses hukum atas dugaan pelanggaran Jokowi. Mungkin belum sekarang. Tapi bisa disiapkan diam-diam. Jokowi makin ngawur. Dari ngatur pemilu, masukkan anak jadi wapres, sampai intervensi mutasi TNI. Negara ini bisa runtuh kalau dibiarkan.
So, Prabowo berada di persimpangan. Jika diam saja, dia hanya akan jadi bayang-bayang Jokowi. Jika bertindak, dia bisa jadi pemimpin sejati. Ini bukan soal balas dendam. Ini soal siapa pegang kendali negara.
Kalau Prabowo memilih jalur keras, sejarah bisa berbalik. Rakyat akan berdiri di belakang Prabowo. Kemarahan rakyat atas dosa-dosa Jokowi selama 10 tahun berkuasa sudah menyentuh ubun-ubun. Ditambah cawe-cawe yang tak berkesudahan, membuat harapan terakhir memang ada pada Prabowo.
Bola benar-benar di tangan Prabowo. Saatnya dia menentukan sikap. Memilih menyelamatkan Indonesia dan bersama rakyat. Atau tunduk pada nafsu angkara Jokowi.
Jakarta, 4 Mei 2025
Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior
______________________________________
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan GELORA.ME terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi GELORA.ME akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
Artikel Terkait
M Qodari Masuk Bursa Calon Kepala PCO Pengganti Hasan Nasbi
Di Balik Kekayaan Bos Kripto Gabriel Rey Terkuak Amalan yang Tak Putus, Rutin Sedekah ke Janda
Kapolres Belawan Diserang di Tol: 2 Orang Ditembak, 20 Diamankan
Berbeda Jauh: Bank Dunia Laporkan Angka Kemiskinan RI 171 Juta Jiwa, Data BPS Hanya 24 Juta