Namun, perubahan merek ini dilakukan pada saat Facebook menghadapi serangkaian tantangan, termasuk kontroversi mengenai cara Facebook menangani misinformasi, masalah kesehatan mental, dan kemampuannya untuk mempertahankan penggunaan orang.
Para ahli dan analis menemukan bahwa meskipun rebranding ke Meta merupakan langkah penting, hal ini tidak akan serta merta menyelesaikan permasalahan yang ada.
Langkah ini juga dipandang sebagai sebuah pergeseran strategis dari persoalan internal dan eksternal perusahaan, mengingatkan kita pada perubahan citra perusahaan di masa lalu, ketika perusahaan berusaha mengubah persepsi masyarakat dengan krisis yang komprehensif.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, pada tahun 2023 harga saham Meta pulih dan mendekati titik tertinggi sepanjang masa.
Pemulihan nilai saham ini telah meningkatkan kekayaan bersih Zuckerberg secara signifikan, mencerminkan kepercayaan investor terhadap visi jangka panjang perusahaan untuk metaverse.
Meskipun ia suka tampil sederhana dengan kaus abu-abu dan tidak begitu tertarik dengan aksesori mencolok seperti jam tangan mahal, Zuckerberg telah banyak berinvestasi untuk memperluas portofolio real estatnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: tigaaksara.com
Artikel Terkait
Pemuda dan Politik Indonesia: Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Ammar Zoni Dipindah ke Nusakambangan, Menteri Beberkan 2 Pelanggaran Beratnya!
AS Kerahkan Kapal Induk & 6.000 Pasukan, Venezuela Siaga Hadapi Ancaman Militer
Hasil Visum Polwan & Anggota DPRD Blitar: Bercak Sperma Ditemukan di Organ Intim, Ini Buktinya