Analis JPMorgan menyebut investor semakin khawatir bahwa konsumen akan enggan membeli minuman mahal selama musim liburan ketika anggaran semakin banyak dikeluarkan.
"Ini mengisyaratkan perlambatan material di Starbucks," ungkap laporan tersebut.
Sebelumnya, pekerja Starbucks melakukan aksi mogok kerja dan menuntut penambahan staf dan jadwal.
Aksi protes tersebut bukanlah yang pertama dari perselisihan Starbucks dengan serikat pekerja Workers United.
Bulan lalu, setelah Workers United mempublikasikan pernyataan kontroversial "Solidaritas dengan Palestina!" dalam postingan yang telah dihapus di X, Starbucks dengan cepat menjauhkan diri dari organisasi tersebut.
"Kami dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian dan kekerasan, serta tidak setuju dengan pernyataan dan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United dan anggotanya. Perkataan dan tindakan Workers United adalah milik mereka, dan mereka sendiri," kata Starbucks saat itu.
Tanggapan tersebut ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap Israel atas Palestina, sehingga memicu seruan boikot.
Sumber: rmol.
Artikel Terkait
Rudal Burevestnik Rusia: Senjata Nuklir Tak Terbendung dengan Jangkauan Hampir Tak Terbatas Resmi Diuji
Amazon PHK 30.000 Karyawan Mulai Besok, Ini Dampak AI yang Mengguncang!
Masjid Al-Aqsa Di Ambang Keruntuhan, Ini Fakta Penggalian Terowongan Israel yang Mengancam Fondasinya
Gempa M 6,1 Guncang Turki: Bangunan Roboh, Getaran Terasa Hingga Istanbul