WHO pada hari Rabu memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar “segera membahayakan nyawa” orang yang terluka dan pasien lainnya.
Lebih dari 9.200 orang telah tewas dan 23.500 lainnya terluka di Gaza sejak Israel melancarkan pemboman terhadap wilayah tersebut pada 7 Oktober, menurut pihak berwenang Palestina.
Serangan Israel di Gaza terjadi setelah pejuang Hamas membunuh sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dalam serangan di Israel selatan, menurut pejabat Israel.
Bombardir rumah sakit di Gaza
Beberapa jam sebelum menyerang konvoi ambulans, militer Israel dilaporkan juga mengebom sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza.
Masih mengutip Al Jazeera, serangan Israel menghantam gerbang depan Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza.
Juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) Mohamed Abu Musbah mengatakan pintu masuk ke rumah sakit dipenuhi warga sipil ketika serangan itu terjadi.
Seorang sopir ambulans dan anggota staf PRCS selamat, namun satu orang menderita luka pecahan peluru di kaki.
"Pasien perempuan yang diangkut dengan ambulans juga terluka dan dalam kondisi serius," sebut Abu Musbah, seperti dilansir Al Jazeera.
Secara simultan, Serangan Israel juga menargetkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Menurut Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Atef al-Kahlout, generator rumah sakit mati sekitar lebih dari 48 jam lalu.
Rumah Sakit Al-Quds adalah target Israel lainnya. Terdapat sekitar 14.000 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, yang mencari perlindungan di Rumah Sakit Al-Quds.
Sejauh ini, jumlah korban akibat serangan Israel ke tiga rumah sakit ini belum diumumkan.
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Foto Rahasia Epstein Dibuka: Trump, Clinton, Bill Gates Terseret Skandal
Forum Kiai NU Jawa Desak MLB PBNU, Usul Rhoma Irama Masuk Kepengurusan
Kim Jong-un Eksekusi 30 Pejabat: Hukuman Mati Gagal Tangani Banjir Korea Utara
Kritik SETARA Institute: Perpol Kapolri No. 10/2025 Dinilai Abaikan Putusan MK dan Hambat Reformasi Polri