Negara-negara tetangga Amerika Latin lainnya, seperti Meksiko dan Brasil, juga baru-baru ini menyerukan gencatan senjata.
“Apa yang kita lihat sekarang adalah kegilaan perdana menteri Israel yang ingin melenyapkan Jalur Gaza,” kata Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva pada Jumat.
Bolivia adalah salah satu negara pertama yang secara aktif memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena perang di Gaza, sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hamas Palestina yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 orang.
Negara Amerika Selatan ini sebelumnya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2009 di bawah pemerintahan Presiden sayap kiri Evo Morales, juga sebagai protes atas tindakan Israel di Gaza.
Pada 2020, pemerintahan Presiden sementara sayap kanan Jeanine Anez membangun kembali hubungan.
“Kami menolak kejahatan perang yang dilakukan di Gaza. Kami mendukung inisiatif internasional untuk menjamin bantuan kemanusiaan, sesuai dengan hukum internasional,” kata Presiden Bolivia Arce melalui media sosial pada Senin.
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober. Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 1,4 juta penduduk sipil Gaza atau sekitar 2,3 juta jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
Militer Israel menuduh Hamas yang didukung Iran, yang menguasai wilayah pesisir yang sempit, menggunakan bangunan sipil sebagai perlindungan bagi para pejuang, komandan dan persenjataan, tuduhan yang dibantah oleh Hamas.
Sumber: tempo
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Dampak Pertemuan Trump-Xi di KTT APEC 2025 bagi Indonesia dan Pasar Asia-Pasifik
MNC Insurance Gelar Literasi Asuransi di BINUS, Ini Strategi dan Dampaknya
Balita 3 Tahun Tewas Tenggelam di Parit Kubu Raya: Kronologi Lengkap & Fakta
Mahfud MD Pertanyakan Jaminan Indonesia ke China untuk Proyek Kereta Cepat Whoosh: Analisis Kontroversi & Risiko Utang