GELORA.ME - Kehidupan warga di Jalur Gaza Palestina semakin dihantui ketakutan sejak perang kembali pecah antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober lalu.
Selama tiga pekan terakhir, Jalur Gaza terus diberondong gempuran bom dan roket dari Israel sebagai balasan atas serangan yang dilancarkan Hamas terhadap negaranya. Sejak 7 Oktober lalu, peperangan telah menewaskan 4.650 orang dan melukai 14.245 orang di Gaza.
Kepala Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Martir Al Aqsa Gaza, Dr Abdul Rahman Al Masri, mengatakan situasi saat ini memicu keputusasaan di antara warga di sana. Sebagian orang tua bahkan sampai pasrah menuliskan nama anak-anak mereka di masing-masing anggota badan seperti tangan, kaki, hingga perut dengan tinta hitam.
Hal itu dilakukan warga Gaza untuk mempermudah mengidentifikasi jasad mereka ketika terkena gempuran bombardir Israel.
"Kami menerima banyak kasus di mana para orang tua menulis nama anak-anak mereka pada kaki hingga perut masing-masing," kata Al Masri, kepada CNN.
Al Masri menuturkan para orang tua khawatir lantaran "apa pun bisa terjadi" saat ini dan takut tidak ada orang yang bisa mengidentifikasi anak-anak mereka ketika hal buruk terjadi.
"Ini artinya bahwa mereka (warga Gaza) sudah pasrah dan merasa menjadi target serangan Israel kapan saja yang bisa membuat mereka terluka hingga kehilangan nyawa," ucap Al Masri.
Artikel Terkait
Reforma Agraria Cetak Sejarah: 195.734 Bidang Tanah Sukses Dibagikan, Ini Dampaknya!
Ijazah Jokowi Diklaim Sita, Kok Bisa Muncul di Projo? Ini Fakta Kontroversinya
Indonesia Galang Dukungan China untuk Atur Royalti Digital di WIPO, Ini Dampaknya
Dugaan Markup Kereta Cepat Whoosh: Benarkah Biayanya Bengkak hingga Rp120 Triliun?