Bisnis Perjalanan Haji Memang 'Basah', Ada Cuan Triliunan di Balik Terlantarnya Jemaah

- Minggu, 16 Juli 2023 | 20:30 WIB
Bisnis Perjalanan Haji Memang 'Basah', Ada Cuan Triliunan di Balik Terlantarnya Jemaah

Bisnis perjalanan ibadah haji memang ‘basah’, bisa raup untung triliunan rupiah. Jemaah yang ‘buntung’ terlantar hanya bisa pasrah, pihak travel dan pemerintah kompak menyalahkan Masyariq.


Umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia memimpikan beribadah haji. Di tahun ini saja, setidaknya ada 221.000 jemaah dari Indonesia, terdiri atas 203.320 kuota haji reguler dan 17.680 kuota haji khusus.


Untuk mewujudkan mimpinya, tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan para jemaah. Nominalnya beraneka ragam, tiap agen perjalanan atau travel resmi yang ditunjuk oleh pemerintah menyediakan bermacam paket perjalanan ke tanah suci.


Misalnya saja paket perjalanan haji yang ditawarkan Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah (KBIHU) Amiroh. Sang pemilik, Nabul Alharamain kepada Inilah.com, mengungkapkan, untuk paket biaya haji khusus berada di kisaran 10 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp150.030.000 per jemaah.


Dari harga itu, jemaah sudah mendapatkan fasilitas seluruh akomodasi mulai dari tiket pesawat, hotel, makan sampai visa. Terkhusus, tak perlu menunggu waktu yang lama untuk berangkat ibadah ke Tanah Suci.


Berbeda dengan paket haji reguler yang mengeluarkan biaya lebih murah, yakni sekitar Rp51 juta per orang. Namun, akomodasi dan fasilitas yang didapat diatur pemerintah dan biasanya menunggu waktu yang lebih lama.


“Kalau reguler, all in pemerintah yang mengatur dari tiket sampai visa itu Kementerian Agama. Kalau yang khusus itu diurus travel. Cuma tetap sih, kalau haji khusus itu dananya tetap perlu setor ke pemerintah atau dipegang BPKH,” jelas Nabil di Jakarta, dikutip Minggu (16/7/2023).


Dari dana yang diihimpun, pihak travel diharuskan menyetor ke Kementerian Agama (Kemenag) sebesar 4 ribu dolar AS per jemaah, untuk haji khusus dan Rp25 juta per jemaah untuk haji reguler. Lalu berapa banyak keuntungan pihak travel dari setiap jemaah?


“Kalau untuk haji khusus kita dapat keuntungan 500 dolar—sekitar Rp7,5 juta—kelebihannya. Kalau haji biasa sama, cuma bedanya ambil keuntungannya itu biaya bimbingan dan pakai rupiah, ya sekitar Rp5 juta,” jawab Nabil.


Dari pengakuan Nabil dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang bisa diraup dalam perjalanan haji tahun ini sekitar Rp1,105 triliun hingga Rp1,657 triliun, ini baru dari sisi keuntungan pihak para travel ibadah haji dalam negeri.


Mirisnya, keuntungan fantastis itu tidak menghasilkan hubungan timbal balik yang baik bagi para jemaah. Fakta di lapangan, sebagian jemaah haji Indonesia memang tak terurus dengan baik selama menjalankan ibadah di Tanah Suci, khususnya saat di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).


Beberapa di antara masalah itu adalah jemaah telantar dari subuh hingga siang hari tanpa bekal makanan dan minuman di Muzdalifah, lalu tak kebagian tempat tidur karena penuhnya tenda di Mina, ada pula masalah toilet mampet dan tak keluar air hingga mengakibatkan sebagian jemaah enggan berurusan dengan MCK selama 5 hari.


“Alhamdulillah enggak ada yang minta ganti rugi sih, karena mereka mengerti dan namanya ibadah. Cuma ya pasti ada saja jemaah merasa kecewa dalam pelayanan. Kita juga maklum lah karena memang di luar kendali kita,” ucap Nabil saat disinggung soal banyaknya jemaah haji yang terlantar.


Sikap pasrah dan ‘nrimo’ ini seringkali didasari atas pola pikir jemaah yang memandang kendala yang mereka hadapi merupakan ujian dan cobaan yang harus dijalani dalam melaksanakan ritual keagamaannya. Padahal ini anggapan yang keliru. Karena jika bicara bisnis, kepuasaan jemaah sebagai konsumen harus diutamakan.


Halaman:

Komentar