Sehingga potensi Anies jadi pendamping Ganjar pada Pilpres 2024 mendatang tentu sangat memungkinkan.
Terbukti pada saat tahun 2014, ketika elektoral Presiden Jokowi yang cukup tinggi, dan mereka dikeroyok oleh partai besar.
Namun meski begitu leading suara Jokowi tetap berada di atas untuk memenangkan pesaingnya yaitu Prabowo Subianto.
Oleh karena itu, kata Harits, akhirnya Jokowi bisa memenangkan pilpres 2014 ketika head to head dengan pesaingnya.
Kemudian pola seperti itu bisa jadi terulang kembali dengan porsi Ganjar Pranowo sebagai capres pada Pilpres 2024 mendatang.
Harits kemudian mengatakan Prabowo pada awalnya membangun koalisi bersatu dengan Ganjar, namun tidak ketemu titiknya.
Prabowo tetap ingin menjadi capres, disisi lain PDI Perjuangan sebagai partai pemenang juga tidak mau jadu orang nomor dua.
Dengan ego yang saling menguat antara keduanya, akhirnya pasangan capres-cawapres Prabowo-Ganjar tidak terealisasi. (*)
Sumber: kilat
Artikel Terkait
Yaqut Cholil Qoumas Diperiksa KPK Lagi: Fakta Kasus Korupsi Kuota Haji 2024
Kritik Prabowo Soal Wisata Bencana: Sinyal Tegas Konsolidasi Kabinet dan Komunikasi Pemerintah
Said Didu Peringatkan Prabowo Soal Kudeta Sunyi, Soroti Tindakan Kapolri Listyo Sigit
Presiden Prabowo Larang Pejabat Hanya Foto-foto di Lokasi Bencana, Tegur Keras Pencitraan