Narasi besar yang digaungkan Jokowi soal IKN ini, lanjut Tamil, berkaitan dengan kondisi Jakarta yang dinilai semakin hari semakin sumpek dan pengap oleh macet hingga polusi udara. Sedangkan beberapa hal yang dinilai bermasalah itu bisa diperbaiki melalui sistem di dalamnya, bukan fisiknya.
“Kalau kemudian variabel yang digunakan adalah mengatasi kemacetan lalu membatasi mobilitas, tapi IKN-nya dibuat sentralistik fisik dan terjadilah IKN, saya tetap pada bahasa saya bahwasannya ini adalah politik identitas seorang Jokowi,” kata Tamil.
Atas dasar itu, Tamil menilai bahwa proyek IKN sangat subjektif bagi Jokowi. Itu lantaran Soekarno dan Soeharto menjadi Presiden paling dikenang masyarakat Indonesia karena meninggalkan legacy fisik hingga saat ini.
“Ini ada subjektivitas besar bagi Jokowi, kenapa? Indonesia kita sudah punya sekian presiden tetapi tetap yang diingat adalah Soekarno Soeharto. Masyarakat enggak bicara SBY masyarakat enggak bicara Gus Dur karena apa? Karena legacy fisiknya tidak begitu kelihatan,” tandasnya.
Turut hadir narasumber lain dalam acara diskusi yang dipandu oleh host Arief Poyuono itu, Aktivis Kolaborasi Jakarta, Andi Sinulingga.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Jimly Asshiddiqie Sebut Hanya 3 Pihak yang Bisa Batalkan Perpol 10/2025: Polri, MA, dan Presiden
Jaksa Banten Redy Zulkarnain Diduga Peras WNA Korsel Rp2,4 M, LHKPN Cuma Rp197 Juta
Mahfud MD: Kalau MK Rusak, Saya Dobrak dari Dalam - Pernyataan Tegas Eks Ketua
Kritik Didik Rachbini ke Wamen Stella: Solusi Atasi Ketidakadilan Kuota PTN vs PTS