Menurut Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial, kontrak berjangka minyak sedang dalam fase konsolidasi setelah reli tajam pekan lalu. Pasar menunggu hasil pertemuan Trump-Xi untuk menyelesaikan perbedaan dalam negosiasi dagang.
Sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia yang diumumkan Rabu lalu juga menjadi faktor pendukung. Jika diterapkan penuh, sanksi ini dapat menghambat ekspor minyak Rusia dan mendorong kenaikan harga minyak.
Tantangan dan Prospek Harga Minyak
Kekhawatiran permintaan global yang lemah tetap membebani pasar minyak. Namun, sanksi baru AS terhadap Rusia dan permintaan domestik AS yang lebih kuat dari perkiraan membantu membatasi penurunan harga.
Chris Beauchamp, Kepala Analis Pasar di IG Bank, menekankan bahwa konsumsi minyak AS menjadi kunci optimisme pasar. Jika tidak menunjukkan perbaikan, tekanan penurunan harga berpotensi berlanjut.
Update dari Produsen Minyak OPEC
Irak, produsen terbesar yang sering melebihi kuota produksi OPEC, sedang bernegosiasi mengenai besaran kuota produksinya. Menteri Perminyakan Hayan Abdel-Ghani menyatakan kapasitas produksi yang tersedia mencapai 5,5 juta barel per hari.
Kebakaran di ladang minyak Zubair, Irak, pada Minggu dikonfirmasi tidak mempengaruhi ekspor minyak negara tersebut, meredakan kekhawatiran pasokan.
Performa Minggu Lalu dan Outlook
Pekan sebelumnya, harga Brent dan WTI masing-masing mencetak kenaikan 8,9 persen dan 7,7 persen, didorong oleh sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Rusia. Namun menurut analis Rystad Janiv Shah, tantangan tetap ada bagi minyak Rusia untuk masuk pasar global, dengan dampak tergantung implementasi sanksi.
Artikel Terkait
KUR Tembus Rp217 Triliun, Pacu Ekonomi & Serap 12 Juta Pekerja!
Saham REAL (Repower Asia Indonesia) Melonjak 22%: Siapa Pemilik dan Rahasia Strategi Barunya?
BRMS & BREN Siap Melesat? Analisis Peluang Masuk MSCI November 2025
Guncangan Besar! Saham Konglomerat Anjlok Imbas Rencana Perubahan Metodologi MSCI