Yang mengejutkan, tujuan penerbangan tiba-tiba berubah. Alih-alih ke Jakarta sebagaimana dijanjikan, mereka justru diterbangkan ke Afrika Selatan. "Mereka mengubah tujuan ke Afrika Selatan dan mereka tidak memberi tahu kami," keluh Bashir.
Investigasi terhadap Al Majd Eropa
Situs web Al Majd Eropa mengklaim beroperasi dari Jerman dan Yerusalem Timur. Namun investigasi harian Israel Haaretz mengungkap bahwa organisasi ini ternyata terdaftar di Estonia dan dijalankan oleh Tomer Janar Lind, warga Israel-Estonia.
Menurut Haaretz, Lind bekerja sama dengan unit militer Israel Cogat yang bertugas memindahkan paksa warga Palestina dari Gaza dan memfasilitasi beberapa penerbangan pengungsi.
Respons Afrika Selatan
Pihak berwenang Afrika Selatan mencurigai penerbangan ini sebagai bagian dari skema pengusiran warga Palestina. Presiden Cyril Ramaphosa memerintahkan penyelidikan terhadap pihak yang bertanggung jawab.
Meski demikian, Afrika Selatan memberikan pembebasan visa 90 hari kepada 153 warga Palestina yang berada dalam penerbangan tersebut.
Hidup di Tengah Kehancuran
Bashir menegaskan bahwa keputusannya meninggalkan Gaza murni untuk bertahan hidup. "Orang-orang di Gaza mengatakan ingin keluar dari penderitaan, genosida, dan neraka," katanya.
Dia menggambarkan kondisi Gaza yang mengenaskan: "Rafah telah disapu bersih sepenuhnya. Tidak ada satu rumah pun yang tersisa. Semuanya hancur di Khan Younis, Rafah, dan Gaza."
Artikel Terkait
Dampak Putusan MK Batalkan HGU 190 Tahun di IKN bagi Investor
Viral Pernyataan Habib Bahar bin Smith: Cinta Hanya untuk Fadlun Bantah Nikah Siri?
Klarifikasi KPU Surakarta: Dokumen dan Ijazah Jokowi TIDAK Dimusnahkan
Riza Chalid Tersangka: Momen Krusial Bongkar Mafia Migas Nasional