Tekanan juga datang dari dalam negeri, dimana warganet aktif mendesak Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, untuk memberhentikan Ainul dari posisinya di Transjakarta.
Beberapa pengguna media sosial mengaku telah mengirimkan surat resmi yang menuntut pemberhentian Ainul, dengan alasan bahwa ancaman kekerasan tidak pantas dilakukan oleh seorang komisaris BUMD.
"Akhlak-nye ga ada. Kayak kagak ada orang yang lebih bener aje," tulis salah satu warganet yang ikut mendesak pergantian komisaris.
Latar Belakang Kontroversi Orasi Kekerasan
Kontroversi ini berawal dari video orasi Ainul Yaqin yang mengenakan jaket organisasi Ansor. Dalam rekaman tersebut, dia mengancam akan "menggorok leher" pihak yang menghina kiai dan ulama, dengan menyebut peristiwa sejarah terkait PKI.
Pernyataan ini menuai reaksi keras publik, terlebih mengingat posisinya yang strategis sebagai Komisaris Transjakarta, Ketua GP Ansor DKI Jakarta, dan Tenaga Ahli Menteri Agama RI, serta statusnya sebagai penghafal Al-Qur'an.
Sebelumnya, sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menyatakan kecaman terhadap pernyataan kontroversial Ainul Yaqin ini.
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Rencana AS Hancurkan Kartel Narkoba Meksiko dengan Serangan Drone, Bisa Picu Krisis Diplomatik
5 Pelaku Pengeroyok Pemuda di Masjid Sibolga Tewas Ditangkap Polisi
Kecelakaan Maut KA Bangunkarta Tewaskan 3 Orang di Sleman, Ini Faktanya
Remaja Baduy Dibegal Sadis di Cempaka Putih, Uang Rp3 Juta dan Madu Dagangan Lenyap