Budaya Tak Kasat Mata di Tubuh Polri: Pemerasan hingga Korupsi dan Konsekuensi Jika Tak Ikut Arus Pimpinan
Eks Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Komjen Purn Dharma Pongrekun, mengungkapkan adanya budaya tak kasat mata di dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Menurutnya, teori dan latihan yang didapat selama pendidikan di akademi kepolisian tidak cukup kuat untuk melawan arus budaya organisasi yang telah mengakar.
Dalam penjelasannya di Podcast Forum Keadilan TV, Dharma menyebut bahwa budaya di tubuh Polri sering menjadi perdebatan di masyarakat. Ia memberikan contoh konkret, seperti masih maraknya praktik pemerasan, korupsi, dan kekerasan. Menurutnya, jika masalah-masalah ini tidak ada, maka isu reformasi Polri tidak akan menjadi persoalan yang rumit.
Dharma mengungkapkan keinginannya untuk menjadi polisi yang baik, namun ia menekankan bahwa rasa aman seorang anggota sangat ditentukan oleh nilai-nilai (value) yang dibangun oleh pimpinan. Anggota yang tidak mengikuti arus atau value yang berlaku akan dianggap "melawan arus" dan menghadapi konsekuensi tertentu.
Budaya ini, meski tak kasat mata, digambarkannya ibarat "kerbau yang dicucuk hidungnya". Konsekuensi bagi yang tidak mengikuti arus antara lain adalah tersisih dari harapan untuk bisa berkontribusi memperbaiki organisasi.
Sumber: Konteks
Artikel Terkait
Jusuf Hamka Menggugat Hary Tanoe di Pengadilan: Pengakuan Pahit Korban Kezaliman Bisnis
Yusuf Muhammad Kritik Respons Gibran Soal CPNS: Dinilai Kosong dan Minim Optimalisasi
Dharma Pongrekun: Ingin Jadi Polisi yang Baik, Tapi Sistemnya Menghadang?
Dina Meninggal, Fitnah Heryanto Menghantui: Fakta atau Rekayasa?