Sebuah video yang beredar luas di media sosial X (sebelumnya Twitter)
menjadi bukti nyata arogansi dan brutalitas oknum kepolisian yang semakin
meresahkan masyarakat.
Video yang diunggah oleh akun @rektdrks, menampilkan detik-detik mengerikan
seorang warga sipil dihajar tanpa ampun di sekitar warteg.
Insiden ini, yang terekam jelas, bukan hanya menyoroti pelanggaran hak
asasi, namun juga memicu kembali kemarahan publik terhadap tindakan represif
aparat, yang semakin memperparah gelombang demonstrasi di Jakarta dan
beberapa daerah lainnya.
Detik-detik Kengerian di Warteg
Video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan suasana mencekam di dalam
sebuah warteg yang berada di Jalan Kwini 1, Senen Jakarta Pusat.
Beberapa oknum polisi yang mengenakan seragam lengkap terlihat menyerbu
masuk.
Tanpa basa-basi, seorang pria yang diduga sedang merokok setelah menyantap
makan malamnya menjadi sasaran amuk.
Pria tersebut tampak tidak melakukan perlawanan signifikan, namun ia secara
brutal dipukuli, diseret, dan dihajar oleh beberapa anggota polisi.
Kekerasan tersebut dilakukan secara terang-terangan di hadapan beberapa
saksi mata, termasuk para pekerja warteg yang terlihat ketakutan.
Detik-detik pemukulan ini menunjukkan bagaimana aparat penegak hukum yang
seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat, justru berubah menjadi
algojo yang represif.
BRIMOB kembali tertangkap CCTV melakukan tindakan kekerasan terhadap warga yang sedang duduk merokok usai makan di warung tegal (WARTEG) di Jalan Kwini 1, Senen, Jakarta Pusat.#polisipembunuh #PolisiPembunuhRakyat #PolisiMakinBengis
— Rekt (@rektdrks) August 30, 2025
INDONESIA NEEDS HELP pic.twitter.com/Fb0DxMuEaM
Indikasi arogansi sangat jelas terlihat, di mana tindakan pengamanan yang
seharusnya persuasif dan humanis, berganti menjadi tindakan kekerasan yang
tidak proporsional dan tidak beralasan.
Ironisnya, korban pemukulan belum tentu terbukti bersalah atau terlibat
dalam tindak pidana, namun sudah diperlakukan layaknya penjahat.
Gelombang Kecaman dari Netizen
Video brutalitas ini sontak memicu gelombang kecaman dan kemarahan dari
netizen.
Berbagai komentar miris dan pedas membanjiri lini masa, menunjukkan betapa
muaknya masyarakat dengan perilaku aparat.
"Sudah kelewatan ini, pak polisi. Harusnya ngayomi, kok malah main hakim
sendiri," tulis seorang netizen dengan akun @WargaBiasa.
Netizen lain, @SuaraRakyat, menyoroti inkonsistensi penegakan hukum, "Kalau
preman mukul dihukum, kalau polisi mukul kenapa diam saja? Hukum tumpul ke
atas, tajam ke bawah!"
"Ini bukan lagi soal penegakan hukum, tapi pamer kekuasaan. Rakyat sudah
muak!" tambah @AntiTindas.
Komentar-komentar ini mencerminkan sentimen publik yang semakin jengah
dengan arogansi pejabat dan penegak hukum yang kerap berlaku semena-mena.
Mereka mempertanyakan kredibilitas institusi kepolisian dan menuntut
pertanggungjawaban atas tindakan represif yang terus berulang.
Api Protes dari Arogansi Pejabat dan Kematian Affan Kurniawan
Insiden di warteg ini bukan sekadar kasus tunggal, melainkan salah satu dari
sekian banyak pemicu yang memperpanas situasi sosial politik di Indonesia.
Gelombang demonstrasi besar-besaran yang pecah di Jakarta dan beberapa
daerah lainnya sejatinya adalah akumulasi dari rasa ketidakadilan dan
kekecewaan publik terhadap arogansi pejabat serta tindakan represif aparat.
Salah satu peristiwa krusial yang turut memantik api protes adalah kematian
tragis Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, yang tewas dilindas
mobil rantis Brimob di Pejompongan.
Kematian Affan, yang disinyalir akibat kelalaian dan ketidakhati-hatian
aparat, menjadi simbol nyata bagaimana nyawa rakyat kecil seolah tak berarti
di mata penguasa.
Kasus ini, ditambah dengan serangkaian insiden serupa, semakin memperkuat
keyakinan publik bahwa ada jurang pemisah yang lebar antara rakyat dan para
pemegang kekuasaan.
Peristiwa di warteg, dengan brutalitas yang terekam jelas, semakin
mengukuhkan narasi bahwa aparat keamanan, alih-alih menjadi pelindung,
justru menjadi ancaman bagi warga sipil.
Aksi-aksi represif yang dilakukan tanpa dasar yang jelas ini hanya akan
memperdalam jurang ketidakpercayaan, memicu kemarahan yang lebih besar, dan
pada akhirnya, memperluas gelombang perlawanan dari rakyat yang sudah
terlalu lama terbebani oleh arogansi dan ketidakadilan.
Mendesak Reformasi dan Akuntabilitas
Masyarakat menuntut reformasi total dalam tubuh institusi kepolisian dan
penegak hukum.
Perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur,
pelatihan yang lebih humanis, serta penegakan hukum yang adil dan transparan
bagi setiap oknum yang terbukti melakukan pelanggaran.
Tanpa akuntabilitas yang jelas dan tindakan nyata untuk menghentikan
brutalitas ini, gelombang protes dan ketidakpuasan publik dipastikan akan
terus berlanjut, menjadi pengingat pahit bahwa arogansi kekuasaan pada
akhirnya hanya akan melahirkan perlawanan.
Sumber:
suara
Foto: Detik-detik arogansi polisi yang menghajar warga usai makan di warteg
yang ada di Jalan Kwini 1, Senen, Jakarta Pusat. (X.com)
Artikel Terkait
Dulu Sahroni Curhat Mau Bongkar Rumah, Kini Jadi Kenyataan Pahit Benar-Benar Dibongkar Massa
Viral 17+8 Tuntutan Rakyat Beri Ultimatum ke Prabowo-DPR, Isinya Bikin Panas Dingin
SNEYD Mining: Let digital assets work for you every day
Dugaan Korupsi Kuota Haji, Yaqut Cholil Ngaku Jawab 18 Pertanyaan Selama Tujuh Jam Diperiksa