Sri Mulyani Lengser, Intrik Politik dan Krisis Ekonomi

- Kamis, 20 Maret 2025 | 21:05 WIB
Sri Mulyani Lengser, Intrik Politik dan Krisis Ekonomi

Nama lain yang disebut adalah Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia. Ia memiliki pemahaman mendalam tentang kebijakan moneter dan fiskal, serta sudah terbiasa menghadapi tekanan ekonomi global. Namun, jika reshuffle lebih didasarkan pada pertimbangan politik daripada teknokratis, posisi ini bisa diberikan kepada tokoh yang dekat dengan partai politik penguasa. Hal ini tentu akan berdampak pada kebijakan ekonomi yang akan diterapkan.


Jika Sri Mulyani benar-benar lengser, dampak terhadap perekonomian tentu tidak bisa diabaikan. Kepercayaan investor internasional bisa terguncang, terutama jika penggantinya dianggap kurang kredibel. Hal ini dapat berimplikasi pada melemahnya nilai tukar rupiah, meningkatnya risiko investasi, dan meningkatnya imbal hasil surat utang negara karena pasar menjadi lebih skeptis terhadap kebijakan fiskal ke depan.


Selain itu, kebijakan reformasi fiskal yang selama ini dijalankan bisa mengalami perubahan drastis. Ini tergantung pada arah kebijakan menteri yang baru. Jika penggantinya lebih fleksibel dalam mengelola anggaran, mungkin akan ada kebijakan yang lebih populis, seperti peningkatan subsidi atau insentif pajak bagi industri tertentu. Namun, pendekatan ini juga berisiko memperbesar defisit anggaran jika tidak diimbangi dengan penerimaan negara yang memadai.


Beberapa pihak menilai kebijakan fiskal Sri Mulyani terlalu konservatif dalam pengelolaan utang dan subsidi. Dengan menteri baru, bisa jadi akan ada lebih banyak fleksibilitas dalam penggunaan anggaran untuk kepentingan domestik. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, ini bisa berisiko bagi stabilitas fiskal jangka panjang, yang pada akhirnya justru merugikan perekonomian nasional.


Reshuffle atau mundurnya Sri Mulyani juga bisa berdampak pada hubungan Indonesia dengan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Sebagai mantan pejabat tinggi Bank Dunia, Sri Mulyani memiliki jaringan kuat di tingkat global yang membantu menjaga reputasi ekonomi Indonesia. Jika penggantinya tidak memiliki hubungan yang sama baiknya, akses terhadap kerja sama dan investasi internasional bisa menjadi lebih sulit.


Apapun keputusan yang diambil, dampaknya tidak hanya dirasakan dalam kabinet, tetapi juga dalam perekonomian nasional. Apakah ini upaya memperbaiki kebijakan ekonomi atau strategi politik menjelang pemilu, hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, setiap pergantian pejabat tinggi di bidang ekonomi selalu membawa ketidakpastian yang harus diantisipasi oleh pelaku ekonomi dan masyarakat secara luas.


Keuangan negara adalah aspek yang terlalu penting untuk dipermainkan. Siapapun yang mengisi posisi Menteri Keuangan harus memiliki kapasitas serta keberanian dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks. Publik harus mengawasi dan memastikan bahwa keputusan yang diambil bukan semata demi kepentingan politik sesaat, melainkan benar-benar demi kesejahteraan bangsa. 



*(Penulis adalah Peminat bidang Sosial, Politik, dan Humaniora, Penggagas Lingkar Studi Adiluhung dan Kelompok Studi Pusaka AgroPol )

Halaman:

Komentar