GELORA.ME - Guna menurunkan penularan virus dari nyamuk Aedes aegypti atau yang dikenal nyamuk yang menyebabkan penyakit DBD, penggunaan nyamuk ber-Wolbachia perlu diterapkan di Indonesia.
Menurut Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Ngabila Salama, penggunaan nyamuk ber-Wolbachia telah diteliti sejak 2011 dan terbukti menurunkan angka kasus DBD.
"Ramah lingkungan, berbasis data dan bukti, serta sudah diteliti UGM sejak 2011 dengan bukti publikasi ilmiah internasional yang sudah ada 80-90 persen menurunkan angka kasus, perawatan rumah sakit, dan penggunaan fogging," katanya dalam akun instagram pribadinya @ngabilasalama di Jakarta, Rabu.
Adapun penyebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di Kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.
Ngabila mengemukakan alasan berikutnya yakni demam berdarah atau dengue adalah jenis penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical disease dan sudah dinyatakan endemis di Indonesia. Dia menilai anggapan dengue sebagai penyakit tidak berbahaya kurang pantas, mengingat dengue termasuk lima besar jumlah kasus penyakit menular wabah yang perlu dicegah.
Kemudian, lanjut dia, penanganan dengue dengan Wolbachia juga merupakan wujud komitmen Indonesia dalam merealisasikan kematian nol dunia akibat dengue pada 2030 mendatang.
Artikel Terkait
Chiki Fawzi Bongkar Strategi Israel dan Serukan Dukungan untuk Gaza
MNC Vision Networks dan MNC Peduli Salurkan Bantuan Sembako untuk 35 Lansia Pemulung di Pasar Senen
Onadio Leonardo Dinyatakan Korban Penyalahgunaan Narkoba, Ini Fakta Lengkapnya
Rusia Tegaskan Burevestnik Bukan Uji Coba Nuklir, Ingatkan Trump Soal Perbedaannya