Ia berkata, meski terlihat seperti tahu biasa, dalam pembuatannya, tahu sudah dicampur dengan sumber protein lain berupa putih telur dan daging ikan.
"Jadi yang kelihatannya tahu, itu ada daging ikan, putih telur. Jadi kalau kita hitung per porsinya, itu ada kandungan 180 kalori dan 12 gram protein," jelas dia.
Begitu pun dengan menu otak-otak, yang telah menyesuaikan kandungan gizi sesuai kebutuhan usia balita.
"Terus dua biji otak-otak, sebenarnya ini murni ikan dan daging ayam. Kalau kita lihat, satu porsi itu sama kandungnya 9-11 gram protein," jelas dia.
Anita memastikan bahw hidangan PMT dalam bentuk kudapan buat balita ini sudah diproses sesuai standar resep patokan Dinas Kesehatan Kota Depok.
"Dasar kami adalah buku standar resep ini karena memang ada standar kebutuhan gizi yang harus kita penuhi," ujar dia.
"Kami berusaha menyusun menjadi satu master menu yang bisa dipakai oleh teman-teman puskesmas dan katering untuk diberi kepada balita, dan tentu saja harus disesuaikan dengan standar umur si balita," tutur dia.
Ada biaya lain
Mery menyampaikan, anggaran PMT untuk satu bayi adalah Rp 18.000 per hari dengan masa program 28 hari. Target dari program tersebut adalah 9.882 balita di Kota Depok.
"Anggarannya dari DID ya, dari APBN, Dana Insentif Daerah tahun 2023, biaya per anaknya Rp 18.000 per balita per hari," kata Mary.
Mary menjelaskan, anggaran Rp 18.000 per balita bukan hanya untuk makanan, tetapi untuk keseluruhan barang yang dibelanjakan, itu termasuk biaya untuk kemasan, transportasi, hingga biaya admin aplikasi.
"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Rp 18.000 ini all in ya, yang sampai ke rumah masing-masing sasaran. Ada biaya pajak, administrasi di aplikasi, transportasi, kemudian kemasan dan lain sebagainya," kata Mary.
Baca juga: Orang Stunting Disebut Berpenghasilan Lebih Rendah 20 Persen dari Orang Normal
Misalnya, untuk menu tahu kukus, menurut Mary, tidak hanya tahu yang disajikan.
Tahu itu sudah dicampur daging ikan dan ayam sesuai takaran kebutuhan protein balita.
"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya nanti kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Ya tahu goreng bulat dimasak dadakan? Enggak," kata dia.
Untuk kemasan makanan, wadah yang digunakan bukan untuk sekali pakai, melainkan bisa dipakai berulang kali.
Mary mengatakan, harganya tentu lebih mahal dibanding memakai wadah sekali pakai dengan potensi penumpukan sampah.
"Untuk kudapan (PMT) kita tidak ingin Kota Depok menambah jumlah sampah, jadi kita pastikan jangan pakai wadah sekali pakai. Nanti timbunan sampah Kota Depok 9.882 sampah setiap harinya, mau seperti apa?" kata dia.
"Jadi mereka harus menyediakan dua wadah. Satu buat dipakai, kemudian besoknya pakai wadah yang baru, wadah lama dicuci ya. Jadi tidak menimbulkan sampah," imbuh dia.
Kemudian, setiap tujuh hari sekali, balita akan diberi paket makanan lengkap yang bukan hanya kudapan sebagaimana tahu kukus dan bola-bola kentang.
Dengan begitu, dibutuhkan wadah yang lebih besar lagi.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Mary luput dari perhatian masyarakat hingga mereka membandingkan harga menu PMT dengan anggaran Rp 18.000 tersebut.
"Nanti kalau beli lagi suruh pakai lagi, sudah berapa biayanya kotak begitu, nanti enggak cukup Rp 18.000 untuk bikin makanan lokal. Hal-hal ini yang kadang bikin kita lupa, lihatnya cuma dua tahu Rp 18.000," ujar dia.
Sumber: kompas
Artikel Terkait
Jokowi Ungkap Alasan Pindah ke China: Saya Diajak Naik Kereta Cepat, Lalu Xi Jinping Tanya Bapak Mau?
Menteri AI Albania Hamil 83 Anak: Ini Fakta di Balik Kontroversi yang Menggemparkan
Buronan Interpol Pakistan Digagalkan di Bandara Kualanamu, Ternyata Terduga Teroris & Pembunuh
Misteri Skenario Gibran Jadi Cawapres: Ijazah, MK, dan Peran Tak Terduga Prabowo