Merespons hal itu, menurut Rocky Gerung situasi kemarin (Prabowo dan Jokowi) berbeda, karena tidak ada dendam sedahsyat Megawati dan Jokowi.
"Jadi tetap dibelakang ini ada Vendetta (balas dendam), ada personal Vendetta balas dendam personal dan itu yang akan dimaksimalkan," ujarnya.
"Nggak Jokowi itu memasang Gibran dan tahu Gibran itu ada liability bagi Prabowo dan pengetahuan itu dianggap perang biasa, pasti pak Jokowi akan kerahkan seluruh kemampuan dia untuk bertempur dengan Megawati," tambahnya.
Demikian juga bagi Megawati sebaliknya, Rocky mengatakan kalau Megawati terhina lantaran Gibran yang merupakan kadernya, malah jadi Cawapres Prabowo.
"Mustinya bilang mundur tapi di hari-hari terakhir baru pamit dari PDIP setelah ada kepastian dia mau jadi Cawapresnya Prabowo," terangnya. "Jadi Gibran sangat oportunis karena meminta mundur setelah dia jadi Cawapres Gerindra, Cawapres Golkar bahkan untuk dipasangkan dengan Prabowo," tuturnya.
Kemudian Akademisi yang juga merupakan filsuf ini menuturkan bahwa pertarungan Pilpres ini lebih kepada alat versus alat, tak ada lagi adu ide dan gagasan. Dia pun menjelaskan maksud dari Vendetta dendam versus dendam dengan menganalogikan sebagai mafia.
"Cuman antara mafia kan, dan biasanya mafia itu juga awalnya satu keluarga kemudian berpisah itu, karena mainannya beda-beda, lalu perang antar geng," tuturnya.
"Perang antar geng sebetulnya, geng Istana dan geng teuku umur (kediaman Megawati), dan kita menyaksikan itu sebagai satu peradaban politik yang busuk atau memburuk minimal," imbuhnya
Sumber: tvOne
Artikel Terkait
Dahnil Anzar Diminta DPR Cabut Pernyataan Soal Kebocoran Dana Haji Rp 5 Triliun, KPK Turun Tangan
Mengerikan! Intelijen China Keruk 3 Kg Emas Indonesia Setiap Hari Lewat Tambang Ilegal, Ini Modus Barunya
Rumah Pensiun Jokowi di Karanganyar 95% Rampung, Ternyata Ini Fungsi Sebenarnya!
Persib Bandung Taklukkan Persis Solo 2-0 dengan 10 Pemain! Ini Kunci Kemenangan Heroik di GBLA