Sebuah mobil penumpang membawa keluarganya kembali ke Rumah Sakit al-Shifa. Sameh berlari ke mobil dan menarik putrinya dengan lega. Kemudian dia menyadari bahwa Dina Taher tidak ada di dalam mobil.
“Ambulans membawa mereka yang terbunuh ke pintu masuk lain,” katanya terbata-bata. “Saya tahu dia sudah pergi.
“Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya saat menerima panggilan telepon pertama yang meminta saya memeriksa keluarga saya karena truk telah ditabrak. Penantian yang menyiksa untuk melihat apakah mereka semua baik-baik saja," tuturnya.
Ibun kandung Sameh, Samah Murad Msameh, 47 tahun, telah berada di al-Shifa sejak konvoi tersebut diserang. Dia merawat cucu-cucunya dan saudara laki-laki Sameh, Waseem, yang terluka dalam pemboman tersebut.
Berada di tempat yang sama dengan Sameh sangat membantu.
Setiap kali dia ada waktu istirahat dalam pekerjaannya, dia akan datang menemui mereka dan menghabiskan waktu bersama putri-putrinya, bermain dengan mereka dan sedikit mengalihkan perhatian mereka.
Hal ini juga membantunya, karena gadis-gadisnya ada di dekatnya dan dia bisa mencari mereka setiap kali ada suara menakutkan dan dia bertanya-tanya apakah mer
Msameh masih shock atas apa yang terjadi. “Agresi ini berada pada tingkat yang berbeda,” katanya sambil menarik napas dengan gemetar.
Mereka baru saja keluar dari Kota Gaza, dekat Shujayea, katanya, ketika orang-orang di jalan mulai memperingatkan konvoi tersebut untuk kembali karena mereka mendengar bahwa pengungsi lainnya telah terbunuh. Namun truk-truk tersebut terus melaju, sejauh sekitar 20 meter (66 kaki), sebelum terdengar ledakan.
“Saya belum pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya. Kami diliputi asap hitam tebal dan jeritan terdengar di sekitarku, telingaku dipenuhi jeritan orang lain tetapi aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.
“Menantu perempuan saya mengalami pendarahan di dahinya. Saya mencoba menyeka darahnya dan menanyakan apa yang terjadi padanya," tuturnya.
"Ketika dia memalingkan wajahnya, saya melihat dia kehilangan matanya dan saya mulai berteriak. Lalu saya menyuruhnya untuk tetap terjaga, bahwa dia harus kuat, saya akan memanggil ambulans dan kami akan keluar dari sana.
“Kemudian anak saya Waseem mulai berteriak bahwa kakinya terluka. Serangan-serangan itu masih menimpa kami dari langit," ungkapnya.
"Saya berhasil mendorong putri saya keluar dari bak truk, yang penuh dengan orang tewas dan terluka, dan menyuruhnya berlari secepat yang dia bisa.
“Anak saya berteriak agar saya membantunya tetapi yang bisa saya lakukan hanyalah menyuruhnya berbaring karena saya khawatir lukanya akan bertambah parah.
“Sekitar 30 orang dari kami bersembunyi di balik pembatas beton yang dulunya merupakan pos pemeriksaan polisi di dekat jalan raya."
"Kemudian malaikat berwujud sopir berhenti di dekat truk dan saya melihatnya menggendong anak saya ke mobilnya. Saya berlari ke arah mereka, dan dia membawa kami semua ke rumah sakit.
Sejak itu, saya tidak bisa tidur satu menit pun. Putriku tidak bernyawa, tidak ada emosi atau reaksi darinya. Menantu perempuan saya, ya… Tuhan mengistirahatkan jiwanya.
“Setiap kali saya menutup mata, saya melihat orang-orang terbunuh, menantu perempuan saya berdarah, dan anak saya berteriak ‘Tolong saya’. Saya tahu saya memerlukan terapi berbulan-bulan hanya untuk bisa melewati ini. Saya tidak tahan dengan apa yang saya saksikan,” ungkap Samah Murad Msameh.
Sumber: tribun
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: Ancaman Bagi Makna Reformasi 1998?
Kisah Mualaf Jenderal Kopassus Lodewijk Paulus: Ditentang Keluarga hingga Karier Cemerlang
Hasil Survei Kinerja Menteri: Purbaya Yudhi Sadewa Terbaik, Ini Daftar Lengkap 10 Besar - GREAT Institute
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Diduga Kuat Ada Upaya Cari Muka ke Prabowo