Tapi sudah lama itu. Waktu dia, ini kan dia sudah 1,5 tahun di Jakarta, jadi belum sampai 2 bulan sudah pernah diculik juga. Waktu dia kerja di toko orang," ujar Said Sulaiman, perwakilan keluarga saat dihubungi wartawan, Senin (28/8/2023).
Said mengatakan saat kasus penculikan pertama yang menimpa Imam, pelaku sempat meminta uang tebusan Rp15 juta. Saat itu keluarga langsung mengirimkan uang tebusan Rp15 juta yang diminta.
Setelah itu, Imam Masykur pun dibebaskan. "Iya waktu itu dibayar sekitar Rp15 juta. Sama kalau saya lihat motifnya sama. Orang itu dihajar dalam mobil baru minta tebusan," katanya.
Menurut dia, ada kemiripan dengan penculikan pertama yang mana menyasar Imam Masykur selaku penjual kosmetik atau obat di daerah tersebut dengan meminta tebusan. Bedanya, penculikan kedua ini sampai mengakibatkan meninggal dunia.
"Memang (serasa) perampok ini sudah ngincer kosmetik semua. Padahal kan ada toko lain. Orang itu targetnya toko kosmetik," ungkapnya. Adapun, kata dia, modus penculikan yang kedua dilakukan dengan menangkap lalu memasukan ke mobil.
Di sana korban seperti halnya Imam Masykur akan disiksa agar keluarga segera memberikan uang tebusan. "Ngaku dia polisi. Malah dia pakai atribut polisi waktu penangkapan itu. Itu kata saksi yang di situ.
Badannya tegap pakai rompi yang ada tulisannya polisi. Kan polisi jadi pasti mundur biar enggak ikut campur tapi langsung sekap," jelasnya.
Sementara itu, untuk penculikan yang pertama, para penculik langsung datang ke toko yang dijaga Imam Masykur.
Di sana tanpa mengaku sebagai polisi pelaku langsung membawa Imam Masykur secara paksa dan meminta tebusan. "Enggak ngaku polisi cuma minta tebusan doang.
Yang pertama yang turun satu orang langsung masuk ke toko jadi yang jaga toko ini dorong," katanya. "(Penculikan pertama dan kedua) Sama kalau motifnya saya lihat juga sama. Karena orang itu dipukul dulu kemudian dihajar dalam mobil. Nah, baru minta tebusan," ucap Said.
Sumber: tvOne
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
KPK Selidiki Dugaan Markup Proyek Kereta Cepat Whoosh: Fakta Terbaru!
Shell dan TotalEnergies Catat Penurunan Laba, Ini Penyebab dan Proyeksi Harga Minyak
Hujan Es Tangerang 2025: Penyebab, Dampak, dan Penjelasan BMKG
Bestari Barus Buka Suara Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Ini Alasan Kontroversialnya