Mereka yang bekerja sebagai pemetik buah di Australia nantinya hanya akan dibayar dengan sistem upah per jam dengan bayaran minimum.
Husniati yang berumur 26 tahun asal Mataram ini adalah salah seorang pemegang visa Working Holiday atau WHV.
Ia sudah tiba di Australia sejak Maret 2020 dan sebelumnya bekerja di beberapa ladang pertanian di negara bagian Queensland.
Husniati mengaku dirinya pernah mendapatkan gaji hampir 30 ribu dolar Australia atau setara dengan Rp30 juta per minggu ketika memetik buah per keranjang.
Tak hanya Husniati pekerja WHV pemetik buah asal Indonesia juga ada Ricki Malvin yang seorang mantan pegawai bank di Indonesia. Ia lebih suka menerima bayaran dengan sistem upah per jam daripada per keranjang.
Menurut pengalaman Ricky bekerja dengan upah per keranjang memerlukan fisik yang kuat dan juga keterampilan dan pengalaman agar bisa memetik hasil panen dengan cepat.
"Namun untuk kerja petik buah atau sayur butuh kekuatan fisik ekstra kerja di bawah sinar matahari sangat berat parahnya bisa kena heat stroke," kata Ricky, dikutip Hops.ID dari YouTube @BABYBOSSREBORN.
Tak lupa, jika petik buah dilakukan saat malam hari yang biasanya dilakukan setelah jam 6 sore dan bekerja di hari libur bayarannya juga bisa dua kali lipat dari waktu biasanya.***
Sumber: hops
Artikel Terkait
Anak Riza Chalid Divonis Rugikan Negara Rp285 T dalam Kasus Korupsi Minyak Pertamina
Bonatua Silalahi Gugat ANRI di Sidang Sengketa Informasi, Desak Bukakan Arsip Ijazah Jokowi
Israel Kecam Indonesia: Visa Atlet Senam Ditolak, Disebut Tindakan Keterlaluan
SBY vs Jokowi: Purbaya Klaim Zaman SBY Rakyat Makmur, Mesin Ekonomi Jokowi Pincang