Indonesia Pindahkan Latihan Militer ASEAN ke Natuna Selatan, Bikin Gerah China?

- Jumat, 23 Juni 2023 | 23:30 WIB
Indonesia Pindahkan Latihan Militer ASEAN ke Natuna Selatan, Bikin Gerah China?

Padahal pengadilan arbitrase Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2016 telah memutuskan bahwa “sembilan garis putus-putus” yang diklaim China sebagai wilayahnya adalah tidak sah. Namun demikian Beijing selama ini selalu menolak putusan tersebut, dan berkeras bahwa Negara Tirai Bambu itu mempunyai yurisdiksi atas semua wilayah dalam garis putus-putus tersebut.


Selat Malaka juga jalur strategis China


Lokasi baru latihan berada di dekat Selat Malaka. Bagi Indonesia, ini pada dasarnya dapat menambah paradigma baru pada latihan ASEAN yang pertama kali. “Latihan ini tidak difokuskan pada pertempuran, jadi paling cocok untuk selatan yang bersentuhan langsung dengan rakyat,” kata Julius Widjojono. Lebih lanjut dia menambahkan, latihan tersebut akan dilakukan di dalam dan sekitar Pulau Batam di muara Selat Malaka.


Namun penunjukkan lokasi baru ini, kemungkinan besar akan mengecewakan pemerintah China. Mengutip Eurasian Times, Selat Malaka adalah jalur laut strategis antara Indonesia dan Malaysia yang dilalui sebagian besar arus barang menuju dan dari China. China telah mengidentifikasi Selat Malaka sebagai pos pemeriksaan utama dari Sea Lines of Communications (SLOC), yang menghubungkan pelabuhan utama Republik Rakyat China ke negara-negara Teluk dan pasar Afrika dan Eropa.


Sempat muncul istilah ‘Dilema Malaka’ yang pertama kali digunakan oleh Presiden Hu Jintao pada November 2003, mengacu pada kerentanan China terhadap blokade laut di selat tersebut, yang merupakan jalur laut terpendek antara Timur Tengah dan Timur Asia. Prospek membangun blokade laut telah meningkat karena meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.


Selat itu adalah perairan kecil dengan lebar hanya 65–250 kilometer, sehingga mudah bagi negara tetangga untuk menutupnya dengan kekuatan yang signifikan. Ini menimbulkan tantangan khusus bagi China mengingat kawasan regional di sekitar itu dikelilingi oleh negara-negara seperti sekutu Amerika Serikat yakni Singapura, dan musuh lama China, India.


Berbeda dengan angkatan laut negara-negara tersebut yang letaknya dekat dengan selat, angkatan laut China jauh dari selat. Jadi, telah lama ditegaskan bahwa AS dan sekutu regional ini dapat mempersenjatai chokepoint penting ini dengan memberlakukan blokade, yang akan mengganggu perdagangan, sumber daya energi, dan aliran bahan baku di China.


Menurut angka tradisional, setidaknya 80% dari pengiriman energi China melewati chokepoint yang sempit namun berlokasi strategis ini. Namun, untuk mengimbangi dampak blokade hipotetis di masa depan, Beijing telah mendiversifikasi pilihannya selain memperkuat kekuatan dan strategi angkatan lautnya.


Menjadi perhatian AS


Masih menurut Eurasian Times, Indonesia mendapat perhatian lebih dari Amerika Serikat karena kedekatannya dengan Selat Malaka. Sebagian besar diyakini bahwa jika terjadi konflik antara China dan Amerika Serikat, Indonesia dan sekutu AS lainnya dapat memblokir chokepoint sempit ini dan mencekik rantai pasokan China.


Di sisi lain China juga telah mendekati Indonesia untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Misalnya, Beijing telah mendorong peningkatan kerja sama keamanan dan militer dengan Jakarta dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara juga mengkoordinasikan latihan angkatan laut kooperatif pada Mei 2021.


Baru-baru ini, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dan mitranya dari Tiongkok, Jenderal Wei Fenghe bertemu pada 18 November 2022, di kota Xi’an, Tiongkok di provinsi Shaanxi. Mereka sepakat untuk memperkuat kerja sama militer dan keamanan mereka.


Menurut laporan geopolitik yang diterbitkan oleh Special Eurasia, Beijing ingin memperkuat hubungan bilateralnya dengan Jakarta untuk menangkal poros Washington terhadap Asia dan menunjukkan kehadirannya yang berkelanjutan di kawasan Laut China Selatan. Untuk itu, pihaknya memilih beberapa jalur, salah satunya yang terpenting adalah jalur ekonomi dan investasi di sektor-sektor krusial.


“Melihat strategi Beijing, merupakan keharusan China untuk mempertahankan dan memperluas otoritasnya di Indonesia dengan tujuan akhir memperkuat kehadiran China di negara-negara utara kawasan ASEAN, terutama Myanmar, dan menumbuhkan investasi di Jalur Laut Utara, yang menghubungkan pasar Asia dan Eropa melalui Selat Bering dan Samudra Arktik,” kata laporan itu.


Yang jelas relokasi latihan dari Laut China Selatan yang disengketakan telah menarik banyak perhatian, lokasi baru juga bisa menjadi sangat penting. Selain itu Lokasi geopolitik Indonesia semakin ditempatkan pada tumpuan tinggi dalam strategi Indo-Pasifik AS belakangan ini.


Sumber: inilah

Halaman:

Komentar