8 Nyawa Rakyat Melayang, Prabowo Jangan Jadi Presiden Boneka!

- Selasa, 02 September 2025 | 13:55 WIB
8 Nyawa Rakyat Melayang, Prabowo Jangan Jadi Presiden Boneka!




GELORA.ME - Gelombang demonstrasi besar sejak 25 Agustus 2025 terus bergulir di berbagai kota besar Indonesia. 


Tak hanya di Jakarta, aksi juga terjadi di Surabaya, Makassar, Surakarta, hingga Yogyakarta. 


Namun, di balik suara lantang massa yang menuntut perubahan, delapan nyawa rakyat kecil telah melayang.


Salah satunya Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online yang menjadi korban saat hendak pulang setelah mengantar penumpang. 


Ia tewas setelah terjebak dalam kericuhan dan mobil barracuda polisi melintas kencang. 


“Affan hanya ingin pulang, tapi yang kembali ke rumah hanyalah kabar duka,” tulis akademisi M. Isa Ansori dalam artikelnya, Selasa (2/9/2025).


Menurutnya, kasus Affan hanyalah satu dari sekian potret buram kebrutalan aparat di lapangan. 


Para korban berasal dari beragam latar belakang, mulai mahasiswa, pegawai, tukang becak, hingga satpol PP.


“Mereka semua rakyat kecil yang tulus mencintai negeri ini,” ujarnya.


Isa menilai, tragedi ini tak bisa dipandang sebagai peristiwa biasa. 


Ia menegaskan rakyat sedang menyampaikan suara hati lewat “Sepultura” atau Sepuluh Tuntutan Rakyat dalam aksi 1 September 2025. 


Di antaranya: pencopotan Kapolri, pembatalan RUU kenaikan gaji DPR, pengesahan RUU Perampasan Aset Koruptor, hingga reshuffle kabinet dan pengembalian kedaulatan rakyat melalui UUD 1945.


“Apakah tuntutan ini berlebihan? Tidak. Justru itu inti dari apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintahan yang benar-benar hadir untuk rakyat,” tegas Wakil Ketua ICMI Jatim tersebut.


Ia juga mengingatkan Presiden Prabowo Subianto agar tidak mendua: berpijak di sisi rakyat sekaligus menjaga kepentingan oligarki. 


“Rakyat tidak butuh pemimpin yang mencari aman. Rakyat butuh pemimpin yang berani,” ungkapnya.


Isa mengutip pesan Bung Karno “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah)” dan peringatan Mohammad Hatta bahwa kekuatan Indonesia justru berasal dari lilin-lilin kecil di desa, bukan dari obor besar di Jakarta.


“Delapan nyawa yang gugur adalah lilin-lilin itu. Jangan padamkan cahaya mereka dengan kebisuan kekuasaan,” tulisnya.


Menutup pesannya, Isa menyerukan agar Presiden segera mengambil tindakan nyata: mencopot pejabat bermasalah, merampas aset koruptor, menghentikan diskriminasi politik dan ekonomi, serta memimpin rekonsiliasi nasional.


“Pak Prabowo, sejarah memberi Anda panggung yang besar, tapi sejarah juga bisa menjatuhkan. Jangan biarkan darah rakyat tumpah tanpa makna. Kini saatnya Anda benar-benar berpihak pada rakyat,” pungkasnya.


Sumber: SuaraNasional

Komentar