Profil Nyak Sandang, Penyumbang Pesawat Pertama RI Yang Buat Presiden Prabowo Berlutut Hormat

- Selasa, 26 Agustus 2025 | 15:00 WIB
Profil Nyak Sandang, Penyumbang Pesawat Pertama RI Yang Buat Presiden Prabowo Berlutut Hormat

GELORA.ME - Teungku Nyak Sandang bin Lamudin menjadi sosok yang paling dihormati dan mendapat banyak tepuk tangan dibandingkan tokoh lain penerima tanda kehormatan.

Hal ini terjadi di Istana Negara pada Senin, 25 Agustus 2025. Nyak Sandang dianugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Utama.

Pria berusia 97 tahun yang duduk di atas kursi roda ini bahkan sampai membuat Presiden Prabowo berlutut dan hormat kepadanya.

Dialah Teungku Nyak Sandang bin Lamudin, patriot asal Aceh yang namanya mungkin asing bagi generasi muda.

Namun jasanya terukir abadi dalam sejarah kemandirian bangsa.

Momen itu menjadi luar biasa ketika Presiden Prabowo Subianto, yang berlatar belakang militer, membungkuk dan berlutut untuk menyematkan lencana di dada sang pahlawan.

Nyak Sandang adalah rakyat biasa. Namun kisah pengorbanan luar biasa dari beliau untuk negara yang kala itu baru seumur jagung sangat besar.

Kisah Nyak Sandang adalah cerminan dari api patriotisme yang menyala paling terang di saat-saat paling genting dalam sejarah Indonesia.

Untuk memahami signifikansi Bintang Jasa Utama ini, kita harus kembali ke tahun 1948.

Saat itu, Republik Indonesia yang baru merdeka berada di bawah tekanan agresi militer Belanda.

Kedaulatan negara terancam, dan mobilitas para pemimpin bangsa untuk berdiplomasi dan menggalang dukungan sangat terbatas.

Di tengah situasi pelik itu, Presiden Soekarno berkunjung ke Aceh.

Beliau tidak datang untuk meminta senjata, melainkan mengetuk hati rakyatnya untuk membantu negara memiliki alat transportasi udara sendiri.

Sebuah pesawat yang bisa menjadi simbol kedaulatan di angkasa dan menyambung urat nadi perjuangan.

Nyak Sandang, yang saat itu masih seorang pemuda, tanpa ragu tergerak oleh panggilan Bung Karno.

Ia mengorbankan harta paling berharga yang dimilikinya—sebidang tanah dan simpanan emas—untuk disumbangkan kepada negara.

Sebuah pengorbanan personal yang luar biasa, yang jika digabungkan dengan sumbangsih rakyat Aceh lainnya, berhasil mewujudkan mimpi besar itu.

Dari dana patungan rakyat inilah lahir pesawat Dakota yang kemudian diberi nama Seulawah RI-001.

Nama "Seulawah" berarti "Gunung Emas," merefleksikan sumbangan emas dari rakyat Aceh yang menjadi fondasi pembeliannya.

Halaman:

Komentar