Berapi-Api Ribka Tjiptaning Sebut Tanpa Kudatuli Tak Ada Tukang Kayu Jadi Presiden, Sindir Jokowi?

- Senin, 28 Juli 2025 | 17:35 WIB
Berapi-Api Ribka Tjiptaning Sebut Tanpa Kudatuli Tak Ada Tukang Kayu Jadi Presiden, Sindir Jokowi?




GELORA.ME - Politisi senior PDI Perjuangan (PDIP), Ribka Tjiptaning, melontarkan sebuah sindiran pedas, yang diduga kuat ditujukan kepada Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).


Dalam pidato berapi-api di acara peringatan peristiwa Kudatuli, Ribka menyebut tanpa insiden berdarah 27 Juli 1996, mustahil seorang anak tukang kayu bisa menjadi presiden, namun ia menyindir sosok tersebut kini sudah 'error'.


Pernyataan Ribka Tjiptaning ini sontak memanaskan kembali hubungan antara PDIP dengan mantan kadernya tersebut.


“Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak tukang kayu jadi presiden. Walaupun sekarang sudah error. Ya, itu nasib namanya,” ujar Ribka di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, dikutip Minggu (27/7/2027).


Menurut Ribka, peristiwa Kudatuli adalah pemantik utama yang melahirkan reformasi dan membuka gerbang demokrasi.


Tanpa pengorbanan dan darah yang tumpah saat itu, ia meyakini rakyat kecil tidak akan pernah punya kesempatan untuk memegang tampuk kekuasaan, baik di legislatif maupun eksekutif.


“Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak buruh menjadi anggota DPR. Tidak ada 27 Juli, (Sejarawan) Bonnie Triyana tidak jadi anggota DPR. Tidak ada 27 Juli, tidak ada anak petani jadi gubernur,” kata Ribka.


Ia menegaskan, Kudatuli adalah tonggak sejarah yang tidak boleh dilupakan, yang telah membuka jalan bagi semua kalangan untuk bisa memimpin negeri ini.


“Tanpa Kudatuli, tanpa 27 Juli tidak ada reformasi. Tidak ada demokratisasi yang kita perjuangkan. 27 Juli tonggak reformasi,” ujarnya.


Dalam kesempatan yang sama, Ribka juga melontarkan kritik internal. 


Ia prihatin melihat ada sebagian kader PDIP generasi baru yang mulai melupakan sejarah perjuangan berdarah-darah partai.


“Kita minta DPP lebih selektif menilai kader. Jangan sampai ada yang menikmati kemenangan tetapi lupa perjuangan berdarah-darah," pungkasnya.


Kudatuli Jilid II Diserukan, Pengamat Nilai PDIP Langgar Semangat Rekonsiliasi Prabowo dan Megawati!


Pengamat Politik Fernando Emas menyoroti soal seruan Kudatuli jilid II dari Ketua DPP PDI Perjuangan Ribka Tjiptaning usai vonis terhadap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.


Langkah tersebut dinilai bertolak belakang dengan semangat rekonsiliasi yang selama ini dibangun antara PDI Perjuangan dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.


Pernyataan Ribka yang merujuk pada tragedi Kerusuhan 27 Juli 1996 itu muncul setelah Hasto dijatuhi vonis dalam kasus suap terkait buronan Harun Masiku.


Kudatuli sendiri adalah peristiwa kelam yang menewaskan lima orang dan melukai ratusan lainnya akibat konflik internal partai pada masa Orde Baru.


Fernando menyebut seruan itu justru tidak menunjukkan sikap kenegarawanan.


"Pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning terkait dengan Kudatuli jilid II atas vonis Hasto Kristiyanto terkait kasus suap yang menyeret Harun Masiku tentu sesuatu tidak tepat," ujar Fernando kepada wartawan, Minggu (27/7/2025).


Menurut Fernando, PDIP semestinya tampil sebagai partai besar yang menjunjung tinggi proses hukum, terutama di masa pemerintahan saat ini.


"Seharusnya PDI Perjuangan mendukung proses penegakan hukum di bawah pemerintahan Prabowo Subianto," tambahnya.


Fernando juga mengingatkan, sikap konfrontatif seperti ini berpotensi merusak hubungan baik yang selama ini telah dijalin antara PDIP dan Partai Gerindra.


Ia menyinggung pernyataan Prabowo yang menyebut hubungan antara dirinya dan PDIP layaknya abang dan adik.


"Prabowo Subianto yang memposisikan Partai Gerindra dengan PDI Perjuangan seperti abang dan adik yang menunjukkan betapa dekatnya hubungan yang terbangun. Seharusnya seluruh kader PDI Perjuangan mendukung kemesraan dan kedekatan saat ini," pungkasnya.


Sumber: Suara

Komentar