Mengejutkan! Ada Survei PUAS di Tengah Pemakzulan Gibran, Mampukah Sang Nepo Baby Pimpin Indonesia di Lingkaran Kontroversinya?

- Kamis, 10 Juli 2025 | 19:35 WIB
Mengejutkan! Ada Survei PUAS di Tengah Pemakzulan Gibran, Mampukah Sang Nepo Baby Pimpin Indonesia di Lingkaran Kontroversinya?


Ia juga terlibat dalam memastikan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) masuk dalam rencana kerja pemerintah di setiap kementerian/lembaga.


Beberapa survei menunjukkan adanya kepuasan publik terhadap kinerjanya.


Survei dari Rumah Politik Indonesia pada April 2025, misalnya, mencatat 79,8 persen responden mengaku puas dengan kinerja Gibran, dengan penilaian bahwa ia mampu melengkapi kinerja Presiden Prabowo Subianto.


Namun, kritik juga tak terhindarkan. Sebagian masyarakat menilai program seperti "Lapor Mas Wapres" hanya gimik politik dan meniru program yang sudah ada sebelumnya.


Jejak Kontroversi yang Sulit Dilepaskan


Kritik utama terhadap Gibran tidak hanya menyangkut kebijakannya, tetapi juga legitimasi dan citra yang melekat pada dirinya.


Proses pencalonannya yang kontroversial menjadi ganjalan terbesar.


Pemberhentian Anwar Usman dari jabatan Ketua MK oleh Majelis Kehormatan MK menjadi bukti adanya pelanggaran etik serius, meski putusan tersebut tidak bisa menganulir pencalonan Gibran.


Kontroversi ini diperparah oleh beberapa momen saat kampanye, seperti kesalahan penyebutan "asam folat" untuk ibu hamil yang viral di media sosial.


Momen-momen seperti ini, meski terlihat sepele, berkontribusi pada keraguan publik akan kapasitas dan kesiapannya dalam memimpin di level nasional.


Bagi banyak kalangan, terutama audiens muda yang kritis di kota-kota besar, Gibran masih harus membuktikan bahwa pencapaiannya bukanlah semata-mata karena privilese sebagai putra presiden.


Evaluasi: Menimbang Beban dan Potensi


Mengevaluasi Gibran Rakabuming Raka berarti menimbang dua sisi mata uang yang kontras.


Di satu sisi, ada upaya untuk menjalankan tugas-tugas strategis yang diembannya, terutama di sektor ekonomi digital dan program prioritas.


Ia menunjukkan kemauan untuk turun ke lapangan dan memastikan program berjalan, sebuah gaya yang mengingatkan pada kepemimpinan ayahnya, Joko Widodo.


Di sisi lain, beban kontroversi dari proses pencalonannya menjadi bayang-bayang yang terus mengikuti.


Jalur "instan" menuju kursi wapres telah menciptakan tembok besar berupa skeptisisme publik. Untuk bisa benar-benar diandalkan memimpin Indonesia, tantangan terbesar Gibran bukanlah sekadar menjalankan program kerja.


Tantangan utamanya adalah membuktikan bahwa ia layak berada di posisinya berdasarkan kompetensi, bukan koneksi.


Ia perlu membuat kinerjanya yang "senyap" lebih bergaung dan berdampak nyata, sehingga mampu meruntuhkan tembok keraguan yang dibangun oleh kontroversi kelahirannya di panggung politik nasional.


Sumber: Suara

Halaman:

Komentar