Sudirman Said Ungkit Dosa-Dosa Jokowi dari Parcok hingga Bansos: Ternyata Ujungnya Nepotisme!

- Jumat, 04 Juli 2025 | 14:35 WIB
Sudirman Said Ungkit Dosa-Dosa Jokowi dari Parcok hingga Bansos: Ternyata Ujungnya Nepotisme!

GELORA.ME - Eks Menteri ESDM, Sudirman Said secara blak-blakan mengungkap 'dosa-dosa' Jokowi selama dua periode menjabat sebagai presiden. 


Menurutnya, banyaknya dugaan penyelewengan kekuasan oleh Jokowi membuat demokrasi di Indonesia mundur.


Bahkan, dia menyebut jika Jokowi telah membuat lubang hitam alias black hole lantaran dianggap telah mengacak-acak konstitusi hingga perangkat hukum selama berkuasa.


Pernyataan itu disampaikan Sudirman Said dalam siniar yang tayang di akun Youtube Abraham Samad SPEAK UP pada Kamis (3/7/2025). 


Akedemisi sekaligus pegiat antikorupsi itu pun menyebut Jokowi telah meruntuhkan cita-cita reformasi, salah satunya dengan cara melemahkan kewenangan KPK untuk memberantas masalah korupsi lewat pengesahan UU KPK yang baru.


"Menurut saya terjadi satu black hole, satu lubang hitam ya. Karena pada periodenya Pak Jokowi inilah hasil reformasi yang dulu kita pingin demokrasi, pingin penegakan hukum, hapuskan KKN, KPK-nya diperkuat segala macam itu semua dengan sengaja menurut saya diambrukin," ungkap Sudirman Said dalam siniar yang dipantau pada Jumat (4/7/2025).


Eks Direktur Eksekutif Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) menganggap pelemahan KPK di era Jokowi berkuasa memang disengaja demi untuk melanggengkan dinasti politiknya.


"Menurut saya dengan sengaja. Sekarang kita harus simpulkan begitu. Mengapa? Karena ujungnya adalah yang jadi agenda bukan memperbaiki negara, tapi bagaimana mengikuti kepentingan pribadi dan keluarganya, sampai-sampai seluruh tatanan hukum etik itu dilabrak," ungkap Sudirman.


Dalam siniar itu, Sudirman Said juga membeberkan 'dosa-dosa' Jokowi selama 2 periode menjabat sebagai kepala negara. 


Selain soal isu tiga periode yang sempat membuat gempar publik, Sudirman Said juga menyinggung saat Jokowi menggunakan institusi Polri yang sempat ramai diistilahkan sebagai 'Partai Cokelat' pada Pilpres 2024 lalu. 


Halaman:

Komentar