Dia menyebut, pemimpin tak bisa bersikap otoriter atau hingga marah-marah sambi gebrak meja.
"Musyawarah, ini cara menyelesaikan kita dengan rembukan bersama nggak bisa dengan otoriter nggak bisa dengan gebrak-gebrak meja saudara sekalian menyelesaikan masalah dengan marah-marah melempar handphone, itu tidak menyelesaikan masalah," ujarnya.
Kendati begitu, dia tak menyebut siapa yang dimaksud pemimpin yang marah-marah tersebut.
"Siapa tahu siapa yang ada di benak saudara-saudara sekalian? imbuhnya.
Terakhir, menurutnya, calon pemimpin harus memiliki nilai memperjuangkan keadilan sosial.
Untuk itu, menurutnya memilih pemimpin itu harus bijak melihat, tak bisa tentukan pilihan hanya karena tekanan.
"Door to door untuk melakukan penjelasan masa, kita membeli beras aja kita ngga mau ada kutunya, betul? Kita membeli sampo aja milih-milih. Kalau samponya itu Sunsilk itu rambutnya hitam kilau mengkilau, kalau Clear nggak ada ketombe. Itu kan ada pilihan pilihannya," ujarnya.
"Masa memilih pemimpin hanya melihat gojekannya dimana, narinya bagaimana? Tidak melihat karakternya, tidak melihat pemimpinnya tidak melihat prestasinya, tidak melihat keluarganya? Ini namanya diferensiasi, ini contrasting," sambungnya
Lebih lanjut, dia menegaskan, pihaknya ogah melakukan black campaign, tapi yang disampaikan adalah fakta.
"Maka kita gak mau nggak mau black campaing, kita sampaikan fakta," jelas Hasto
Sumber: Tribunnews
Artikel Terkait
Jaksa Agung Mutasi Nurcahyo ke Kajati Kalteng, Ini Profil dan Kasus Besar Nadiem yang Pernah Ditanganinya
Polisi Gadungan Asal Magetan Tipu Perempuan Tuban Rp 170 Juta Lewat Modus Pacaran, Ini Barang Buktinya
Perbedaan Mendasar Kasus Ira Puspadewi dan Tom Lembong: Analisis Lengkap
Muhammad Kerry Bantah Ayahnya Riza Chalid Terlibat Korupsi Pertamina Rp285 Triliun