"Saya membayangkan bahwa kalau kita bisa mengintegrasikan tadi, lompatan itu akan terjadi dari negara yang kategorinya negara berkembang, masuk ke negara maju," katanya.
Menurut dia, kesempatan melompat dari negara berkembang menjadi negara maju tersebut ada dalam 3 kepemimpinan nasional ke depan. Hal itu juga menurut Jokowi yang sering disampaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan OECD.
"Saya suruh ngitung lagi Bappenas, kesempatan itu ada, peluang itu ada, opportunity itu ada, tapi tantangannya juga tidak gampang, tantangannya juga tidak ringan. Butuh konsistensi, butuh keberlanjutan," ujarnya.
Menurut dia, di Indonesia selama ini kebijakan selalu berubah setiap ada pergantian kepemimpinan nasional. Hal tersebut membuat program kerap kembali dikerjakan dari nol.
"Dari yang saya pelajari dari kepemimpinan-kepemimpinan kita, selalu sudah sampai SMP, ganti pemimpin balik lagi ke TK, balik lagi ke SD lagi. Sehingga selalu dimulai dari nol. Kayak kita beli bensin di pompa bensin. pak dari nol pak. pak sudah nol pak. Apa kita mau seperti itu terus? Gak bisa," ujarnya.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
KPK OTT di Banten: 5 Orang Ditangkap, Termasuk Oknum Jaksa Diduga Terlibat Pemerasan
KPK Ungkap Aliran Dana Non-Bujeter BJB ke Ridwan Kamil: Fakta & Perkembangan Kasus
Adimas Resbob Ditahan, Ancaman Hukuman 10 Tahun Penjara untuk Ujaran Kebencian Suku Sunda
Nadiem Copot 2 Pejabat Penolak Proyek Chromebook: Fakta Korupsi Rp2,1 Triliun