"KPP yang digawangi Nasdem, Demokrat dan PKS bergejolak, setelah PKB bergabung dan Ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, dicalonkan sebagai Cawapres Anies Baswedan, dan Demokrat keluar dari koalisi," urai Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/9).
Fenomena bubar dan bergejolaknya koalisi politik di Indonesia, kata Ubedilah, setidaknya disebabkan tiga faktor utama. Pertama, karena tidak ada satupun koalisi yang dibentuk berdasar kesamaan pandangan ideologis, tetapi lebih pada kepentingan pragmatis kekuasaan, sehingga rapuh dan rentan bubar.
"Kedua, karena tidak efektifnya komunikasi politik antar elite partai, disebabkan ego dan problem beban persoalan di antara mereka," sambungnya.
Dan yang ketiga, belum terjadinya kesepakatan-kesepakatan pragmatis di antara mereka terkait siapa Cawapres, termasuk sharing kekuasaan.
"Tiga faktor itulah yang menyebabkan koalisi politik bergejolak, bahkan bubar. Jadi sesungguhnya bukan soal khianat mengkhianati," pungkas Ubedilah.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Nadiem Copot 2 Pejabat Penolak Proyek Chromebook: Fakta Korupsi Rp2,1 Triliun
KPK Geledah 3 Lokasi & Amankan Dokumen Kasus Suap Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya
Dokter Tifa Kritik Gelar Perkara Ijazah Jokowi: Hanya Ditunjukkan 10 Menit, Tidak Boleh Disentuh
Gus Yaqut Diperiksa KPK 8 Jam Soal Korupsi Kuota Haji, Kerugian Negara Rp 1 Triliun