Berdiri sejak 1987, perusahaan ini telah melalui beberapa kali akuisisi, termasuk oleh Titan Chemical Group dan Lotte Chemical Corporation. FPNI memiliki pabrik dengan kapasitas produksi 450.000 metrik ton per tahun dan telah tercatat di BEI sejak 2002.
Kinerja Harga Terkini (23 Oktober 2025): Harga saham FPNI dibuka di Rp192 per saham. Nilainya turun 3,09% dalam satu bulan, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp1,05 triliun.
3. PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG)
Polychem Indonesia (ADMG) merupakan perusahaan unik yang bergerak di dua lini: petrokimia dan tekstil. Di bidang petrokimia, ADMG adalah satu-satunya produsen MEG, DEG, TEG, dan etoksilat di Indonesia. Sementara di bisnis tekstil, mereka memproduksi serat dan benang poliester.
Perusahaan yang berdiri sejak 1978 ini memiliki dua pabrik dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 233.600 ton. ADMG telah menjadi emiten sejak tahun 1993.
Kinerja Harga Terkini (23 Oktober 2025): Saham ADMG diperdagangkan di sekitar Rp138 per saham. Dalam sebulan terakhir, harganya mengalami penurunan tipis 0,72%, dengan kapitalisasi pasar senilai Rp536,71 miliar.
Kesimpulan
Ketiga saham petrokimia di BEI ini—TPIA, FPNI, dan ADMG—menawarkan profil usaha dan potensi pertumbuhan yang berbeda. Sebelum berinvestasi, penting untuk melakukan analisis mendalam terhadap prospek bisnis, kondisi keuangan, dan tren pasar dari masing-masing emiten.
Artikel Terkait
Saham HMSP (Sampoerna) Beli Patriot Bond Danantara Rp500 Miliar: Tanda Ekspansi atau Likuiditas Berlebih?
BEI, MNC Sekuritas, dan IAIN Kendari Sukses Pecahkan Dua Rekor MURI dalam Kolaborasi Bersejarah
Elon Musks Saham TSLA: Sejarah IPO dan Analisis Potensinya di NASDAQ
IHSG Melonjak ke 7.274! 424 Saham Menguat, Ini Pemicu dan Prospeknya