Meski demikian, reaksi pasar valuta asing secara keseluruhan terbilang tenang. Aset-as safe haven seperti Yen Jepang dan Franc Swiss tidak mendapatkan dukungan kuat, sementara harga emas terus mengalami koreksi dari level rekor tertingginya.
Analisis Pasar dan Prospek Ke Depan
Kyle Rodda, Analis Pasar Keuangan Senior di Capital, memberikan pandangannya, "Ketegangan perdagangan masih menjadi pemicu volatilitas di pasar, namun banyak pelaku pasar meyakini ancaman ini tidak akan sepenuhnya diwujudkan." Menurutnya, situasi ini lebih dilihat sebagai strategi brinkmanship atau taktik saling gertak untuk mendorong proses negosiasi.
Kelangkaan data ekonomi resmi AS akibat government shutdown yang hampir memasuki hari ke-23 turut menambah ketidakpastian. Data inflasi yang tertunda dan laporan ketenagakerjaan yang belum dirilis membuat pasar kesulitan membaca arah kebijakan moneter Fed ke depannya.
Gavin Friend, Ahli Strategi dari National Australia Bank, menyimpulkan kondisi pasar dengan singkat, "Pasar sedang menunggu waktu. Tidak banyak berita yang dapat dipastikan."
Semua mata kini tertuju pada rilis data inflasi AS Jumat ini, yang diharapkan dapat memberikan kejelasan dan arah baru bagi pergerakan nilai tukar Dolar AS dan mata uang global lainnya.
Artikel Terkait
Saham HMSP (Sampoerna) Beli Patriot Bond Danantara Rp500 Miliar: Tanda Ekspansi atau Likuiditas Berlebih?
BEI, MNC Sekuritas, dan IAIN Kendari Sukses Pecahkan Dua Rekor MURI dalam Kolaborasi Bersejarah
Elon Musks Saham TSLA: Sejarah IPO dan Analisis Potensinya di NASDAQ
IHSG Melonjak ke 7.274! 424 Saham Menguat, Ini Pemicu dan Prospeknya