Mengapa Dukung Roy Suryo Bukan Jokowi? Analisis Kontroversi Ijazah & Masa Depan Dinasti Politik

- Minggu, 23 November 2025 | 07:25 WIB
Mengapa Dukung Roy Suryo Bukan Jokowi? Analisis Kontroversi Ijazah & Masa Depan Dinasti Politik

Mengapa Dukung Roy Suryo dan Bukan Jokowi? Analisis Kontroversi Ijazah dan Perbedaan Politik

Pertanyaan sering muncul, mengapa memilih mendukung Roy Suryo dan kawan-kawan, bukan Presiden Jokowi? Sebagai seorang yang sebelumnya mendukung Prabowo-Gibran, bukan pasangan lain, penulis menjelaskan alasannya secara gamblang. Dukungan ini bukan tentang fanatisme buta, melainkan pertimbangan politik yang matang.

Alasan Dasar: Roy Suryo yang Perlu Dukungan, Bukan Jokowi

Jokowi dinilai sudah memiliki dukungan penuh dari aparat, seperti Kepolisian. Sejak awal, pendekatan Jokowi terhadap isu ijazahnya dianggap bermasalah. Alih-alih menjawab keraguan publik secara transparan, langkah yang diambil justru bermuara pada proses hukum yang memenjarakan pihak penuduh.

Memang, dalam hukum, pihak yang menuduh yang wajib membuktikan. Namun, fakta bahwa dua orang sudah dipenjara karena kasus ini, dan delapan orang lainnya terancam nasib serupa, menimbulkan pertanyaan besar. Bukankah lebih baik ijazah tersebut dibuka dan diverifikasi secara publik untuk mengakhiri spekulasi?

Teladan dari Hakim Konstitusi Arsul Sani

Hakim Konstitusi Arsul Sani memberikan contoh yang patut diteladani. Saat dituduh memiliki ijazah palsu, ia membuka dokumen pendidikannya di hadapan publik. Ia tidak membalas dengan laporan polisi. Tindakan ini menunjukkan transparansi dan kepercayaan diri, sesuatu yang kontras dengan cara Jokowi menangani isu serupa.

Tindakan Arsul Sani ini sekaligus membantah semua dalih yang selama ini digunakan Jokowi dan pendukungnya untuk tidak membuka ijazah. Hal ini memicu spekulasi publik: jangan-jangan ketidakmauan Jokowi membuka ijazah bersumber dari masalah autentitas dokumen itu sendiri.

Politik Pembelahan vs Politik Merangkul

Alasan lain adalah perbedaan haluan politik. Penulis mengaku politiknya sudah tidak sejalan dengan Jokowi dan Gibran, meski masih sejalan dengan Prabowo. Politik Jokowi dinilai telah "kedaluwarsa" dan hidup dalam narasi pembelahan serta konflik.

Halaman:

Komentar