Dugaan Mark Up Biaya Kereta Cepat Whoosh Mencapai Rp 50 Juta per Km, Dilaporkan ke KPK

- Sabtu, 25 Oktober 2025 | 18:00 WIB
Dugaan Mark Up Biaya Kereta Cepat Whoosh Mencapai Rp 50 Juta per Km, Dilaporkan ke KPK

Bantahan Terkait Alasan Pandemi

Anthony juga dengan tegas menepis alasan pandemi COVID-19 sebagai penyebab keterlambatan dan kenaikan biaya. Ia mengingatkan bahwa proyek Whoosh sebenarnya sudah mengalami penundaan jauh sebelum pandemi melanda dunia.

"Proyek ini kan rencananya selesai 31 Mei 2019. Oke ada delay saat itu 2 bulan, tapi kan belum sampai pandemi. Jadi pandemi ini tidak bisa dibilang sebagai kahar untuk proyek ini," jelasnya.

Pandangan Sosiolog Soal Latar Belakang Proyek Whoosh

Di sisi lain, Sosiolog NTU Singapura, Prof. Sulfikar Amir, memberikan analisis mengenai latar belakang politis proyek ini. Menurutnya, keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyetujui proyek kereta cepat lahir dari kekaguman pribadi.

"Jadi Jokowi waktu berkunjung ke China, saya lupa tahun berapa mungkin 2015. Waktu itu dia naik kereta cepat dan disitulah dia terpesona," jelas Sulfikar, dikutip dari YouTube Abraham Samad SPEAK UP. "Jokowi ini kan agak naif ya kalau soal teknologi, jadi dia pikir Kereta cepat buatan China itu sudah yang paling maju," ujarnya.

Dengan adanya laporan resmi ini, sorotan publik terhadap transparansi dan akuntabilitas pembiayaan proyek Kereta Cepat Whoosh semakin meningkat. Masyarakat kini menunggu tindak lanjut dari KPK terkait pengaduan dugaan mark up ini.

Halaman:

Komentar