Kini, di bawah kepemimpinan baru, paradigma pembangunan tampaknya mengalami pergeseran signifikan. Langkah tegas menolak penggunaan APBN untuk menalangi utang proyek masa lalu menandai komitmen pada prinsip pembangunan berkelanjutan berbasis rasionalitas fiskal.
Mengenal Jebakan Utang China (China Debt Trap) dalam Proyek Infrastruktur
Skema pendanaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga mengundang kekhawatiran terkait apa yang disebut banyak analis sebagai jebakan utang China atau China Debt Trap. Pola pembiayaan ini dikenal menjerat negara-negara berkembang melalui pinjaman besar untuk proyek infrastruktur berisiko tinggi.
Faisal Basri pernah mengingatkan, "Jangan sampai kita bangga dengan proyek megah, tapi tak sadar telah menjadi penyewa tanah sendiri di negeri sendiri." Peringatan ini kini terasa semakin relevan dengan realitas yang dihadapi.
Pelajaran untuk Pembangunan Indonesia ke Depan
Kisah kereta cepat Indonesia seharusnya menjadi pelajaran berharga bahwa pembangunan tidak bisa dipaksakan semata dengan retorika politik. Utang bukanlah prestasi, dan kemegahan fisik tanpa dasar ekonomi yang sehat hanya akan menjadi beban bagi generasi mendatang.
Dalam dunia politik yang kerap dipenuhi pencitraan, keberanian untuk berpihak pada akal sehat dan tanggung jawab fiskal adalah langkah revolusioner yang patut diapresiasi. Sejarah akhirnya akan berpihak pada mereka yang berani memilih kewarasan, bukan sekadar kemegahan semu.
Sumber artikel asli: Gelora.me
Artikel Terkait
Kebakaran Terra Drone: Misteri Pemetaan Sawit Ilegal & Bencana Sumatera Terungkap?
Visa Kartu Emas AS: $1 Juta untuk Izin Tinggal, Benarkah Adil? Analisis Kontroversi
BGN Tanggung Biaya Perawatan 21 Korban Kecelakaan Mobil MBG di SDN Kalibaru
Kecelakaan SDN 1 Kalibaru: 20 Siswa dan Guru Terluka Ditabrak Mobil Pengangkut MBG