Analisis Tajam Tom Lembong: Begini Cara Mencintai Indonesia Meski Dikhianati Sistem yang Bobrok

- Rabu, 06 Agustus 2025 | 22:40 WIB
Analisis Tajam Tom Lembong: Begini Cara Mencintai Indonesia Meski Dikhianati Sistem yang Bobrok


Mantan Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong, menyajikan sebuah analisis tajam mengenai rasa cinta Tanah Air di tengah kekecewaan terhadap sistem pemerintahan.

Dalam perbincangan mendalam bersama ahli hukum tata negara Refly Harun, Tom Lembong mengurai cara untuk tetap memegang teguh nasionalisme meski merasa dikhianati oleh negara.

Pembahasan ini mengemuka saat Refly Harun menanyakan pandangan Tom Lembong tentang "Merah Putih" setelah melalui berbagai dinamika politik yang tajam, terutama pasca-Pilpres 2024. Alih-alih menjawab dengan sentimen pribadi, Co-captain Timnas AMIN ini justru menawarkan sebuah refleksi filosofis yang kuat.

Menurut Tom, kunci untuk menjaga kecintaan pada Indonesia adalah dengan membedakan secara tegas antara "bangsa" dan "negara" atau "sistem".

Baginya, kekecewaan terhadap aparat, kebijakan, atau carut-marutnya birokrasi tidak seharusnya melunturkan rasa cinta pada manusianya.

"Saya selalu percaya bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling baik di dunia, minimal paling baik hati," ujar Tom Lembong dalam kanal YouTube Refly Harun.

Kepercayaan ini, menurutnya, bukan isapan jempol belaka. Ia lantas menggunakan sebuah analogi kuat tentang seseorang yang merasakan ketidakadilan sistem hukum hingga harus mendekam di balik jeruji besi.

Alih-alih menjadi benci pada Indonesia, pengalaman pahit itu justru bisa mempertebal keyakinan akan kebaikan bangsa.

Tom Lembong menggambarkan bagaimana seseorang dalam posisi terzalimi justru akan dibanjiri dukungan moral dan kebaikan dari masyarakat luas.

Mulai dari doa, pesan semangat di media sosial, surat, hingga kiriman makanan. Bahkan di dalam tahanan sekalipun, kebaikan dari sesama warga binaan dan petugas yang bersimpati akan terasa.

Pengalaman menerima kebaikan dari rakyat inilah yang menjadi jangkar. "Setelah sembilan bulan menerima banyak kebaikan... saya semakin yakin bahwa bangsa ini layak dicintai dan dilayani," katanya, menggambarkan perspektif orang yang mengalami situasi tersebut.

Analisis ini menjadi sebuah sentilan keras bagi publik dan elite politik. Tom seolah ingin mengatakan bahwa sumber masalah bukanlah pada karakter atau watak bangsa Indonesia, melainkan pada sistem dan segelintir oknum yang menggerogotinya.

Dengan memisahkan dua entitas ini, seseorang dapat terus menjadi kritikus paling vokal terhadap pemerintah, namun di saat yang sama tetap menjadi patriot paling setia bagi bangsanya.

Perspektif ini menawarkan cara pandang yang lebih dewasa dalam berpolitik: mengkritik negara adalah wujud cinta pada bangsa, sebuah upaya untuk memperbaiki rumah yang dicintai agar lebih layak huni bagi semua.

Sumber: suara
Foto: Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong/Net

Komentar