Pengamat Nilai Jargon Tbk Ala Jokowi Langsung Mentah Teranulir: Pidato Pendiri PSI Jadi Blunder!

- Selasa, 22 Juli 2025 | 20:55 WIB
Pengamat Nilai Jargon Tbk Ala Jokowi Langsung Mentah Teranulir: Pidato Pendiri PSI Jadi Blunder!




GELORA.ME - Pidato Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina PSI, Jeffrie Geovanie, dinilai blunder.


Pernyataannya menganulir jargon baru PSI, 'Partai Super Tbk' yang merupakan gagasan dari Jokowi.


Hal itu merupakan analisis pengamat politik Yunarto Wijaya soal kongres partai yang berganti logo menjadi gajah itu.


Yunarto mengutip penggalan pidato Jokowi dan Jeffrie yang disampaikan pada momen pembukaan Kongres PSI, di Solo, Sabtu (21/7/2025).


Kendati momennya sama, namun pernyataannya bertentangan pada hal yang substantif.


"Di satu sisi Pak Jokowi memberikan penekanan mengenai adanya porsi saham yang sama sebagai definisi dari super Tbk. Dan juga di situ bahkan dikeluarkan kalimat bukan milik satu keluarga."


"Sementara Mas Jeffrie Giovanie malah mengemukakan menurut saya sebuah positioning yang jelas 180 derajat berbeda. 


Dengan jelas mengatakan bahwa partai ini kalau enggak ada, bukan hanya Jokowi, tapi bisa kemudian anaknya Jokowi atau mantunya Jokowi, dan kalau tidak dapatkan mereka kita lebih baik tutup saja PSI. Karena akan jadi waktu ber-PSI terakhir di 2024 lalu."


"Ini yang menurut saya kan jadi pertanyaan," papar Yunarto di program Kompas Petang, Minggu (20/7/2025).


Menurut Yunarto, kongres yang menyepakati Kaesang Pangarep sebagai ketua umum terpilih, jargon serta logo baru PSI itu justru membuat masyarakat bergunjing negatif.


Sebab, jargon baru PSI langsung dibatalkan pada saat peluncurannya.


Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika itu, partai terbuka seharusnya tidak tergantung dengan satu keluarga.


"Ini yang membuat kemudian Pemilu Raya penegasan sebagai partai super Tbk itu seakan-akan mentah dengan sendirinya," kata Yunarto.


"Malah menjadi sebuah bahan pergunjingan dari netizen. Ada yang mengatakan Tbk ini jangan-jangan singkatan dari tempatnya Bapak Kaesang," lanjutnya.


Yunarto menyimpulkan bahwa PSI sebagai partai super terbuka hanya sebatas jargo karena ada keluarga Jokowi yang diistimewakan.


"Bahwa apa yang keluar dari mulut dewan pembina saat ini, atau apa yang dilakukan oleh partai ini, dengan memberikan privilege lebih kepada Jokowi dan keluarganya, itu kan artinya menunjukkan bahwa partai super terbuka ini masih sebatas jargon," pungkasnya.


Kata Jokowi


Sebelumnya, saat pembukaan Kongres PSI di Solo, Sabtu (19/7/2025), Jokowi berpidato soal jargon "Partai Super Tbk" yang disandang PSI.


Menurutnya, jargon tersebut menandakan PSI bukan partai keluarga, dan tidak dimiliki segelintir elite.


"Tidak ada kepemilikan elite, tidak ada kepemilikan keluarga apalagi, semua memiliki saham yang sama," kata Jokowi.


Dengan kepemilikan yang sama, Jokowi pun mengajak seluruh kader PSI untuk berjuang membesarkan partai.


"Dengan ini mestinya seluruh anggota, seluruh kader itu bersama-sama ikut membesarkan partai. Karena memiliki rasa yang sama terhadap kepemilikan partai," ungkap dia.


Dia memprediksi momentum PSI menjadi partai besar adalah pada Pemilu 2034.


"Saya masuk tadi memberikan feeling kepada saya bahwa auranya PSI ini akan menjadi partai kuat dan partai besar. Tapi, jangan tergesa-gesa. Ada step-step-nya," ujar dia.


Harus Dapat Jokowi


Sementara itu, masuknya trah Jokowi ke tubuh PSI bukan hal yang begitu saja terjadi, melainkan ada strategi di baliknya.


Pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina PSI, Jeffrie Geovanie, buka-bukaan mengungkap latar belakang strategi itu pada pembukaan Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (19/7/2025). 


Jeffrie melihat partai yang didirikannya berada di ujung tanduk pada awal 2023, jelang Pemilu 2024.


Ia meminta kepada Ketua Umum PSI saat itu, Grace Natalie, dan Sekjen PSI saat itu, Raja Juli Antoni serta jajaran, untuk bisa menggaet trah Jokowi.


Menurut Jeffrie tidak ada jalan lain, kalau tidak Jokowi, maka anak atau menantunya harus berjaket PSI.


"Saya pernah menyampaikan kepada teman-teman semua ketika itu, Raja Juli Antoni, Grace (Natalie), (Andi) Saiful Haq, Endang Tirtana. Kalau kalian nggak dapat anaknya Pak Jokowi, atau menantunya Pak Jokowi, atau Pak Jokowi sendiri, partai kita akan turun perolehan suaranya dan itu adalah tahun terakhir kita ber-PSI,” kata Jeffrie di depan ratusan kader PSI dan undangan/


Bahkan, lebih dramatis, Jeffrie menyebut dirinya serta Grace Natalie dan jajaran harus "memakamkan" PSI jika trah Jokowi tak bergabung menyelamatkan perolehan suara.


"Kita harus melakukan pemakaman terhadap PSI," kata dia.


Suntik mati menjadi taruhan PSI di Pilpres 2024 karena Jeffrie percaya, perolehan suara partai politik harus meningkat untuk membuktikan adanya dukungan masyrakat.


"Karena, kita harus percaya partai kalau didirikan kemudian suaranya menurun itu kita harus mengambil Kesimpulan bahwa publik, masyarakat nggak percaya terhadap kita,” terusnya.


Pada Februari 2023, Jeffrie mengatakan, hasil survei elektabilitas PSI dari sejumlah lembaga, tidak sampai angka 1 persen.


Padahal, pada Pemilu sebelumnya, 2019, PSI mendapat perolehan suara 1,89 persen.


Dengan waktu yang singkat, Jeffrie hanya melihat Jokowi dan keturunannya sebagai juru selamat partai yang kini berganti logo menjadi gajah itu.


Jeffrie bahkan memerintahkan Grace Natalie untuk menangis di depan Jokowi, demi mengiba belas kasih.


"Jadi tidak ada pilihan ketika itu dengan cara apapun, kalau perlu, saya bilang pada Grace, nangis sekencang-kencangnya saat ketemu Pak Jokowi." ungap Jeffrie.


"Apalagi partai ini didirikan karena kecintaan kita kepada dia (Jokowi). Nangislah Grace, saya bilang. Untungnya berkat kegigihan Raja Juli Antoni, Grace, Saiful Haq, Endang Tirtana, Isyana Bagus Oka, kasihan juga Pak Jokowi pada kita," lanjutnya.


Seperti diketahui, PSI mengukuhkan Kaesang menjadi kader, di kediaman ayahnya, Jokowi, di Solo, Sabtu (23/9/3034) 


Hanya dua hari berselang, suami Erina Gudono itu langsung didapuk menjadi Ketum PSI pada Kopdarnas PSI di Jakarta, Selasa (25/9/2023).


Pada Pemilu 2024, PSI di bawah kepemimpinan Kaesang gagal menembus ambang batas parlemen 4 persen, karena hanya mendapat 2,8 persen suara nasional.


Kendati gagal menjadi partai parlemen, perolehan suara PSI bertambah dari Pemilu sebelumnya.


Kini Kaesang kembali terpilih menjadi Ketua Umum PSI melalui mekanisme e-voting Pemilihan Raya PSI.


Bahkan, Jokowi, ayah Kaesang, kini sudah "berjaket" PSI.


Pada pidatonya di Kongres PSI, Jokowi bahkan menyatakan akan bekerja keras untuk membangun PSI.


Sumber: Tribun

Komentar