Terkait judul pertunjukan "Wawancara dengan Mulyono" ISBI Bandung juga menilai narasinya bermuatan politis serta berpotensi memicu polemik. Retno menekankan, ISBI Bandung menjaga koridor-koridor yang harus dipahami TPH.
"Ada koridor yang harus dijaga, karena kita perguruan tinggi harus netral dari hal-hal bersifat politis. Kami menilai pertunjukan ini ada pro dan kontra, sehingga kami memperkecil ekses ini untuk menjaga rumah kami," jelas Retno.
Retno menegaskan, judul tersebut juga dapat menimbulkan ketegangan sosial yang berisiko merusak ketertiban serta nama baik ISBI Bandung. Apalagi jika sampai dipersepsikan sebagai dukungan terhadap gerakan pembentukan opini pada tokoh tertentu pascapemilihan presiden.
"ISBI sebagai lembaga pendidikan tinggi seni memiliki komitmen untuk menjaga kenyamanan bersama dalam ruang akademik yang sehat. ISBI sangat menghargai kebebasan berekspresi dan berkreativitas dalam berkesenian, namun tetap dalam koridor yang ditetapkan," pungkasnya.
Adapun keputusan ISBI Bandung untuk tidak mengizinkan pertunjukan "Wawancara dengan Mulyono" digelar di lingkungan kampus didasarkan pada beberapa hal berikut:
1. Setiap penggunaan fasilitas kampus harus melalui proses perizinan resmi, termasuk pengajuan surat permohonan secara tertulis dan evaluasi oleh pihak ISBI Bandung.
2. ISBI Bandung memiliki kewenangan untuk memastikan bahwa fasilitas kampus digunakan untuk kegiatan akademik dan pengembangan seni budaya yang membangun dan bebas dari konflik kepentingan, termasuk yang bernuansa politik, serta menghindari konten yang berpotensi mengandung pro dan kontra, yang dapat memicu keresahan atau pertentangan di masyarakat.
3. Prinsip netralitas kampus sebagai Institusi Pendidikan Tinggi Negeri sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (UU ASN) Pasal 2, dosen dan tenaga kependidikan dengan status ASN wajib bersikap netral. Aktivitas berkesenian yang mengangkat isu-isu sensitif berpotensi dipersepsikan sebagai bagian dari konflik politik yang dapat mencederai prinsip netralitas kampus.
4. Kondusivitas kampus dan potensi polarisasi pertunjukan yang mengangkat narasi negatif terhadap tokoh tertentu dapat memicu protes dan reaksi keras dari pihak-pihak yang tidak setuju. Dampaknya, kampus dapat dijadikan sebagai arena konflik atau mendapat tekanan dari pihak eksternal, terutama jika isu ini diangkat oleh media atau viral di media sosial.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Menteri Fadli Zon Serukan Pemuda Kuasai Ilmu Pengetahuan di Peringatan Sumpah Pemuda 2025
Kasus Delpedro Marhaen (Lokataru) P21: Berkas Lengkap, Segara Disidang
Rocky Gerung Sindir Politik di Konser Iwan Fals: Anak Sekecil Itu Disuruh Jadi Wapres! Viral
Update FLPP 2025: 205 Ribu Unit Terserap, Kuota Naik & Bunga Tetap 5%