GELORA.ME - Pada awal masa jabatannya pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo menghadapi kritik yang tidak sedikit terkait inisiasinya membangun Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Banyak yang meragukan kebutuhan jalan tol di Pulau Sumatera pada saat itu, mengingat pulau tersebut dianggap belum begitu padat dan sebagian melihatnya sebagai upaya pencitraan semata.
Meskipun demikian, Presiden Jokowi tetap teguh pada keputusannya untuk memulai pembangunan JTTS.
Baca Juga:
Ia melihat potensi besar Pulau Sumatera yang belum maksimal terwujud, terutama dalam hal konektivitas antarwilayah.
Visinya untuk meningkatkan konektivitas ini mungkin tidak langsung diterima oleh sebagian besar masyarakat, yang menganggap pembangunan jalan tol tidak akan memberikan manfaat yang signifikan.
Namun, dengan beroperasinya sejumlah ruas JTTS, kini terlihat manfaat yang dihasilkan.
Baca Juga:
Jasa Marga Terapkan Contraflow dari KM 47 - KM 65 di Tol Jakarta-Cikampek
Dilansir GELORA.ME dari HarianHaluan.com, Senin (25/12/2023), Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, menyatakan bahwa JTTS membawa manfaat besar terutama dalam memangkas waktu perjalanan.
Sebuah perjalanan yang sebelumnya memakan waktu lebih dari sehari dapat diselesaikan dalam beberapa jam saja.
Hal ini tidak hanya memudahkan mobilitas, tetapi juga berpotensi meningkatkan perekonomian dengan memicu pertumbuhan sektor jasa, seperti jasa travel yang kini dapat menawarkan perjalanan dari Pulau Jawa hingga Palembang.
Baca Juga:
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jambione.com
Artikel Terkait
Susul Paula Verhoeven, Baim Wong Ikut Ajukan Banding atas Putusan Cerai
Wamen PPPA Beri Saran Kalau Mau Banyak Duit, Jangan Banyak Anak
Di Akhir Pemerintahan Jokowi, Wamen Todotua Ungkap Adanya Investasi yang Meleset Rp 1.500 Triliun
Mayjen Komaruddin Tegaskan 8 Tuntutan Forum Purnawirawan TNI Tak Wakili PPAD