Hal tersebut menurut Syamsul, dilakukan guna berkontribusi dalam memecahkan salah satu dari problem umat manusia. Dalam hal ini untuk mempertahankan keberlangsungan dari kondisi pangan Indonesia sesuai dengan tuntunan dan aspek-aspek keagamaan.
“Menjadi sangat penting bagaimana kita dapat menggali kearifan religius yang dituangkan di dalam kitab suci Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW dan menjadikan keduanya sebagai motivasi yang memberikan arah bagi tingkah laku masyarakat dalam melindungi bumi kita,” terangnya.
Syamsul juga mengungkapkan Laporan keadaan ketahanan pangan dan gizi di dunia tahun 2021 dari PBB yang menegaskan bahwa proyeksi ketahanan pangan saat ini menunjukkan, bahwa dunia belum berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan kedua dari pembangunan berkelanjutan.
Yaitu tanpa kelaparan pada tahun 2030. Menurut laporan tersebut, meskipun terdapat beberapa kemajuan, namun sebagian besar indikator juga belum berada pada jalur yang tepat untuk memenuhi target nutrisi global.
Baca Juga: Ingin Bermain Kano Dengan Asyik ? Datang Aja Ke Kedung Parangan Imogiri, Bantul, DIY
“Status ketahanan pangan dan gizi kelompok masyarakat yang paling rentan kemungkinan akan semakin memburuk akibat dari pandemi covid 19 yang lalu," tuturnya.
Sedangkan di Indonesia, data statistik ketahanan pangannya menunjukkan bahwa berbagai daerah memiliki tingkat ketahanan pangan yang beragam.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: beritajogja.com
Artikel Terkait
AMNT Kantongi Izin Ekspor 480.000 Ton Konsentrat Tembaga, Smelter Diperbaiki Hingga 2026
Filosofi Tat Twam Asi: Rahasia Nilai Kemanusiaan Bung Karno yang Diumbar Megawati
Timnas Futsal Indonesia Vs Australia 2025: Uji Coba Krusial Jelang SEA Games, Live di Indonesia Arena
PNM Raih Penghargaan Inovasi Keuangan Berkelanjutan di CNN Indonesia Awards 2025, Bukti Komitmen untuk UMKM dan Perempuan