Anak-anak tersebut diketahui melakukan prosedur hemodialisis dan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Hemodialisis adalah prosedur untuk membersihkan darah dari limbah-limbah hasil metabolisme tubuh alias "mencuci darah" sebagai pengganti ginjal.
Sedangkan, Continuos Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) ialah metode cuci darah yang dilakukan melalui perut dengan memanfaatkan selaput dalam rongga perut.
Gagal ginjal sendiri merupakan kondisi ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik dalam menyaring limbah dari tubuh.
Pihak RSCM dan IDAI Angkat Bicara
Dokter Spesialisasi Anak RSCM jakarta, Dr. Eka laksmi Hidayati mengatakan Setidaknya sekitar 60 pasien anak melakukan prosedur cuci darah di RSCM Jakarta, namun tidak ada peningkatan signifikan pada kasus gagal ginjal pada anak.
"Kami tidak mengalami lonjakan (jumlah pasien anak), tapi memang kalau dilihat angkanya pasien-pasien kita cukup banyak ya, karena di satu rumah sakit kami punya sekitar 60 anak yang harus menjalani cuci darah secara rutin," ucap Dr. Eka dikutip dari akun Instagram resmi RSCM (@rscm.official), Senin (29/7/2024).
Dr. Eka menuturkan seluruh anak tersebut tidak setiap minggu datang tetapi datang setiap bulan untuk kontrol.
"Namun 60 itu tidak semuanya Hemodialisi dengan mesin, tapi juga melalui perut (CAPD). jadi, mereka tidak datang ke rumah sakit setiap minggu, tetapi hanya kontrol setiap bulan," tutur Dr. Eka.
Sementara, Ketua Penguruh Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa tidak ada laporan lonjakan kasus gagal ginjal pada anak di Indonesia.
"Secara nasional tidak dilaporkan lonjakan kasus gagal ginjal signifikan sebagaimana tahun lalu dimana ada kasus EG/DEG," ucap Dr. Piprim, Kamis (25/7).
Dr. Piprim menjalaskan isu tentang banyaknya anak-anak yang melakukan cuci darah di RSCM itu dikarenakan RSCM memiliki unit khusus untuk dialisis anak yang hanya menangani anak-anak sementara di rumah sakit lain tidak ada.
"Di RSCM, ada unit dialisis khusus anak. Sementara di rumah sakit lain fasilitas tersebut belum tesedia, sehingga unit khusus di RSCM berisi anak-anak yang mengalami gangguan ginjal terminal," ujarnya.
Penyebab Utama Cuci Darah Pada Anak
Cuci darah atau Hemodialisis pada anak biasanya dilakukan saat ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik dan dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal yang parah. Dr. Piprim mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan anak memerlukan cuci darah, salah satunya adalah kelainan bawaan kongenital.
"Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista," ucapnya.
Selain itu, menurut Dr. Piprim gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menyebabkan anak perlu menjalani cuci darah, terutama pada anak dengan obesitas. Karena obesitas pada anak dapat memicu inflamasi derajat rendah yang berlangsung secara kronis.
"Ditambah dengan faktor lain seperti hipertensi, kondisi ini dapat merusak ginjal dan lama kelamaan menyebabkan ginjal rusak sehingga memerlukan cuci darah," kata Dr. Piprim.
Pencegahan Penyakit Ginjal Pada Anak
Kesehatan Ginjal pada anak menjadi perhatian masyarakat setelah ramai di media sosial soal banyaknya anak yang menjalani prosedur cuci darah atau hemodialisis di RSCM. Berikut beberapa cara pencegahan penyakit ginjal pada anak
1. Lakukan Olahgara Secara Rutin
Melakukan olahraga secara rutin pada anak dapat meningkatkan sirkulasi sel-sel kekebalan pada kesehatan ginjal. Mengajak anak berolahraga tidak perlu berolahraga berat tetapi dapat dilakukan dengan cara mengajak anak bersepeda bersama, berenang atau bermain di rumah.
Artikel Terkait
Ditemukan Pelanggaran, Kemenag Cabut Sertifikat Halal Roti Okko
10 Tahun Pemerintahan Jokowi: Warisan Utang Menggunung, Tak Sebanding dengan Pertumbuhan
Hasil Uji BPOM: Roti Okko Mengandung Pengawet Ilegal, Roti Aoka Lolos Uji
Konsumsi Roti Okko Picu Risiko Jantung dan Kanker, BPOM Tarik Produk dari Pasaran